Powered By Blogger

Wednesday, 2 June 2010

Musik Zaman Barok (1600-1750)

Barok (Baroque) yang berarti aneh, sangat penuh dengan hiasan, rumit, berbelit-belit, berlebihan serta memenuhi tempat dan wadah, baik dengan tindakan, gerakan, bunyi, hiasan dan warna. Zaman Barok menandai akhir dari zaman Renaissance dan masuk kedalam zaman yang lebih bersifat feodal dan aristokratis. Zaman ini dimulai tahun 1600 dan diakhiri dengan tahun 1750 dengan wafatnya Johann Sebatian Bach, seorang komponis kenamaan zaman Barok (1685-1750).
Manusia dalam zaman Barok tidak hanya sekedar melihat kemanusiaannya serta keberadaanya secara seutuhnya sebagaimana dalam zaman Renaissance dengan humanism nya, manusia dalam zaman barok mulai memeprhatikan perasaan dan imaginasi (affectus dan fantasi), manusia dalam zaman barok tidak segan-segan untuk menggali kemanusiaan dan jiwa seni bahkan sampai memperluas realitas hidup. Oleh karena itu sifat kesenian dalam zaman ini seakan akan menampilkan sebuah ilusi total yang melebihi dari realita sesungguhnya (contoh altar gereja yang dihias sedemikan rupa rumitnya sehingga menyerupai surga yang terbuka, melebihi fungsi fungsionalnya sebagai meja/mezbah sederhana).
Masyarakat dalam zaman masih mempertahankan sistem feodalisme dengan strata sosial terurut demikan: Raja, Bangsawan, Rohaniwan (intelektual), penduduk kota (pedagang) dan petani. Kebanyakan karya seni baik seni rupa, seni lukis dan terutama juga seni musik menjadi kegemaran serta bagian kehidupan sosial bagi masyarakat barok khususnya Raja, Bangsawan dan Rohaniwan, sehingga banyak karya-karya seni terkenal meupakan persembahan dan pesanan bagi ketiga golongan utama dalam maysrakat barok. Kebanyakan Raja dan Bangsawan memerintah secara absolute. Selain aristokrat, gereja banyak menggunakan seni barok untuk membuat ibadat lebih atratktif, berkesan dan
surgawi. Bangsa eropa saat ini dibagi menjadi dua golongan: Umat Katolik dan Umat Protestan. Seniman-seniman yang terkenal pada zaman ini seperti: Rembrandt, Rubens dan Bernini.

Dalam seni musik, gaya barok berkembang dengan pesatnya tahun 1600-1750, dengan dua raksasa musik yang terkenal G.F. Handel dan Johann Sebastian Bach, musisi yang terkenal lainnya seperti Claudio Monteverdi, Henry Purcell, Arcangelo Corelli dan Antonio Vivaldi, walaupun terkenal di zamannya, tetapi tidak seterkenal lintas zaman seperti Bach dan Handel. Musik Barok dapat dibagi menjadi 3 bagian;
1. Musik Barok Awal (1580-1630)
2. Musik Barok Pertengahan (1630-1680)
3. Musik Barok Akhir (1680-1750)

Pada masa Barok awal kebanyakan komponis menyukai karakteristik homophonic dibandingkan dengan karakter poliphonik Renaissance, kebanyakan music hanya menggunakan satu melodi diiringi dengan iringan chord (Aria dan Recitative). Pada masa pertengahan musik barok bentuk musik baru mulai menjalar di eropa, tangga nada mayor dan minor menjadi dasar komposisi, dalam zaman ini mulai banyak komponis yang menggubah karya musik instrumentalia (tanpa vokal), banyak komposisi bagi instrumen tertentu, paling banyak adalah gubahan untuk biola, dalam periode ini. Diakhir zaman barok, poliphoni yang jauh lebih rumit menjadi kebanyakan pilihan para komponis, musik instrumen menjadi sama pentingnya dengan musik untuk vokal, kebanyakan musik barok yang diketemukan saat ini adalah, musik barok dari zaman akhir barok (1680-1750).

Karakteristik Musik Barok
Kesatuan Ekspresi Sebuah karya musik barok biasanya menyatakan satu ekspresi dasar, apabila sebuah karya diawali dengan ekspresi emosi yang gembira maka ekspresi musik ini akan tetap sampai akhir karya musik tersebut. Hal ini terutama dapat diketemukan dalam karya musik vokal. Perubahan ekspresi biasanya diikuti dengan perubahan musiknya juga (musik diakhiri dan dimulai lagi dengan ekspresi yang berbeda).

Ritme
Dalam musik Barok, ekspresi yang tetap biasanya disampaikan dengan pola ritme yang terus berlanjut dan cenderung diulang ulang. Ritme dan irama lebih ditekankan dibanding dalam musik renaissance. Melodi Melodi Barok cenderung menciptakan perasaan yang berkelanjutan, melodi tema akan diulang terus menerus dalam sebuah karya musik barok walaupun dalam bentuk yang bervariasi karakter melodi tema lagu tidaklah berubah banyak.

Dinamika
Dalam Musik Barok dinamika tidaklah berubah secara tiba tiba tetapi bertahap, tetapi walaupun demikian para penyanyi dan pemain instrumen dalam praktiknya kerap membuat perubahan yang cukup nyata guna mengekspresikan emosi dalam sebuah karya musik

Textur/Pola
Dalam masa akhir musik Barok, kebanyakan berupa musik musik Poliphony didalam pola musiknya. Pola poliphony yang terdapat dalam musik barok berbeda dengan textur poliphony dalam musik renaissance. Dalam musik barok terdapat satu atau dua melodi tema yang berkejar kejaran atau saling berdialog dengan satu sama lainnya, dalam hal ini biasanya bagian treble (sopran) berdialog dengan bagian bass, dan melodi utama keduanya diulang ulang, ini menjadi pola dasar poliphony yang digemari.

Barok biasa disebut dengan istilah Musik Kamar (Chamber Orchestra). Dalam sebuah orkes kamar biasa dibagi menjadi dua bagian pemusik: group besar dan group kecil. Paduan musik semacam ini biasa disebut dengan Concerto Grosso. Concerto Grosso adalah sebuah group kecil pemusik yang berperan sebagai Solis – bermain/berdialog musik dengan group besar pemusik yang
disebut Tutti (Bahasa Italia: Semua) dalam satu orkes kamar. Dialog antara Solis dan Tutti biasanya adalah dialog antara dua melodi tema yang dimainkan secara bergantian oleh kedua belah pihak
pemusik, tehnik permaian seperti ini dinamakan Bentuk Ritornello.

Fuga
Fuga adalah sebuah komposisi poliphony yang berdasarkan sebua tema melodi utama yang disebut sebagai Subyek. Dan dalam sebuah Fuga: Subyek akan diimitasikan oleh melodi-melodi lain (imitasi dari Subyek). Melodi-melodi lain ini disebut dengan Suara (Voices).

Opera
Walaupun dimulai pada zaman Renaissance, tetapi berkembang dengan pesatnya pada zaman barok. Opera dalam zaman barok adalah Drama yang dinyanyikan dengan iringan orkes. Sebuah opera dalam zaman ini merupakan kolaborasi antara dramawan dan komponis, dramawan opera disebut dengan istilah Librettist. Seorang Librettist akan membuat teks drama sesuai dengan musik yang digubah oleh komponis.

Sonata
Sonata adalah sebuah gubahan musik yang terdiri dari dua atau tiga bagian, masing masing dengan karakter dan tema yang berbeda. Komposisi ini untuk satu sampai delapan instrumen alat musik. Trio Sonata adalah sebuah sonata untuk tiga melodi: dua melodi tinggi (treble) dan satu basso continuo (bass). Treble bisa berupa biola, flute, oboe dll. dan basso continuo: cello atau viola di gamba (cello zaman barok) dengan harpsichord. Jadi trio sonata biasa di mainkan oleh empat alat musik.

Suita
Sebuah komposisi besar yang terdiri dari beberapa lagu dengan irama irama tertentu, lagu –lagu yang dipakai adalah lagu-lagu dansa yang mempunyai asal dari negara-negara yang berbeda-beda. Sebuah komposisi suita bisa digubah untuk sebuah orkes kamar, atau juga bisa digubah untuk satu alat musik. Contoh sebuah suita dengan lagu-lagu (dansa).

Cantata
Cantata merupakan sebuah karya yang dinyanyikan, (selalu menggunakan vokal), dan biasanya sebuah kantata adalah sebuah karya musik gerejawi. Sebuah cantata biasanya dinyanyikan dalam
ibadat gereja reformasi (Protestant). Sebuah cantata dalam zaman barok biasanya berdasarkan ayat-ayat dari Kitab Suci dan himne-himne jemaat. Sebuah cantata biasanya digubah untuk sebuah paduan suara, solis vokal , organ pipa dan orkes kamar.

Komponis-Komponis Zaman Barok:
1. Johann Sebastian Bach
2. George F. Handel
3. Henry Purcell
4. Antonio Vivaldi
5. Giovani Baptista Pergolesi
6. Jean P. Remeau
7. Johann G. Walther
8. Arcangelo Corelli
9. Claudio Monteverdi.

Musik Zaman Renaissance (1400/1450-1600)

Musik Renaissance adalah musik eropa barat yang berkembang pada abad ke 14 sampai abad 17 Masehi. Zaman Renaissance yang dalam bahasa Perancis berarti “kelahiran kembali” bermula di negara Italia diakhir abad pertengahan dan menjalar ke seluruh eropa. Zaman Renaissance berpusar kepada kebangkitan intelektual yang berdasarkan sumber-sumber klasik. Pada zaman ini kepausan dan para bangsawan menjadi pelindung dari kesenian dan juga politik negara, terdapat juga kebangkitan dalam seni rupa dan seni lukis serta pada zaman ini juga terjadi kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada Zaman Renaissance terdapat berbagai usaha intelektual untuk menggali kemanusiaan secara seutuhnya dengan kemurnian awal yang menjadi titik ukur pengertian Humanisme awal dalam filsafat barat, humanisme juga melahirkan banyak keindahan artisitik seni yang tinggi dan terbuka. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi para seniman Renaissance yang terkenal seperti Leonardi Da Vinci, Michielangelo dan Raphaello.

Musik Renaissance
Dalam masa Renaissance sebagaimana dengan Zaman Abad Pertengahan, musik vokal dianggap jauh lebih penting dari musik Instrumental. Sebagaimana pada perkembangan filsafat dalam zaman ini, berkembang falsafah humanisme, maka interest humanistik juga terjadi dalam musik, sehingga terjadi hubungan yang erat antara kata-kata (lirik) dan vokal. Para komponis Renaissance membuat musik untuk menekankan arti dan emosi dari teks lagu. Seorang Musikolog Italia yang bernama Zarlino mengatakan “ ketika kata dari sebuah lirik lagu menyatakan: ratapan, kesakitan, patahy hati, erangan dan tangisan maka biarlah harmoni dari lagu tersebut penuh dengan kesedihan”.
Para Komposer Renaissance sering menggunakan lukisan kata-kata, yaitu sebuah representasi musik dari gambaran puitisasi tertentu. Contoh kata-kata puitis seperti “naik kesurga” biasanya akan diwakili dengan serangkaian notasi yang meninggi dst. Dalam musik gereja, alat musik yang masih terus dan diijinkan penggunaanya hanyalah organ pipa.

Karakteristik dan Texture dari Musik Renaissance
Textur dari musik Zaman renaissance yang terutama adalah perkembangan dengan pesat dari musik Poliphoni. Sebuah lagu Choral secara tipikal mempunyai empat, lima atau enam suara dengan interest melodi yang sejajar, masing-masing suara mempunyai tema melodi yang sama yang muncul bergantian sebagaimana musik jenis Kanon. Musik Renaissance lebih penuh dari musik abad pertengahan.  Dalam kebanyakan musik Renaissance penggunaan interval ketiga (terts) sebagai konsonan merupakan sebuah “idiom” atau kebiasaan musik yang digemari pada zaman awal renaissance. Idiom ini membuat musik renaissance terdengar santai karena stabil dan kaya dalam harmoni. Dalam zaman ini, Register Bass pertama kali digunakan, sebagai musik dasar dari sebuah lagu, dan kebanyakan Register Bass mempunyai range nada sebanyak 4 oktaf sehingga dapat menghasilkan harmoni yang kaya bagi lagu tersebut.
Musik Choral dalam masa Renaissance tidak memerlukan pengiring instrumental, sehingga kebanyakan ahli musik mengatakan bahwa zaman renaissance adalh zaman emas bagi Musik A Capella (musik tanpa iringan), walaupun demikian kadang penggunaan alat musik masih sering digunakan untuk mengiringi musik vokal., tetapi penggunaan instrumen musik dalam musik choral hanyalah untuk memperjelas garis vokal sehingga dapat mengisi kekosongan penyanyi yang kebetulan tidak datang. Tetapi iringan musik bagi musik vokal (choral) sangatlah jarang.

Musik Sakral
Dua bentuk utama dalam musik sakral adalah motet dan misa, keduanya hampir mirip dalam gaya, hanya saja misa adalah sebuah komposisi yang lebih panjang dibandingkan motet. Motet Renaissance adalah sebuah karya musik choral polyphoni yang terset kan sesuai dengan teks latin diluar ordinarium missa. Sedangkan Misa Renaissance adalah sebuag komposisi choral polyphoni yang terdiri dari lima bagian: Kyrie, Gloria, Credo, Sanctus dan Agnus Dei. Bentul musik sakral Renaissance yang lain adalah Madigrale Spirituale dan Laude, bentuk bentuk ini  kurang berkembang dibandingkan bentuk Motet dan Missa.

Tokoh-Tokoh Musik Sakral dari Zaman Renaissance adalah:
Josquin Desprez (1440-1521)
Giovani Perluigi Palestrina (1525-1594)
Johannes Ockeghem (1410-1497)

Musik Sekular
Selama zaman Reniassance musik sekular vokal sangatlah menjadi terkenal di seluruh Eropa Barat, musik disetkan kepada puisi/pantun dalam berbagai macam bahasa seperti: Italia, Perancis, Jerman, Spanyol, Belanda dan Inggris. Musik Sekular Renaissance biasa digubah untuk sebuah group vokal atau solo vokal dengan iringan satu atau lebih instrumen musik. Banyak komponis mengimitasi suara alam seperti kicauan burung atau teriakan serta pekikan Jenis musik yang terpenting dalam musik vokal zaman Renaissance adalah Madrigal, Madrigal adalah sebuah karya musik vokal untuk solo, atau beberapa suara solo (one voice per part, satu suara penyanyi untuk setiap bagian suara) yang di setkan untuk sebuah puisi kecil yang singkat biasanya tentang cinta. Seperti Motet, Madrigal menggunakan kombinasi antara poliphoni dan monophoni, tetapi tidak seperti motet, madrigal menggunakan lukisan kata-kata dan harmonisasi yang cukup berbeda dengan motet.
Seni Madrigal Renaissance bermula di Italia skitar tahin 1520-an ketika saat itu terjadi kebangkitan semngat sastra puisi dalam kesusastraan itali, saat itu untuk menunjang kebangkitan ini, dipublikasikan madrigal sebanyak ribuan dan kebanyakan dinyanyikan oleh golongan aristokrat dan bangsawan.

Musik Abad Pertengahan (450 M – 1450)

Musik abad ini bermula pada Gereja Roma Katolik di Barat (Eropa Barat). Musik ini digunakan dalam peribadatan terutama di Katedral dan biara, biasa dinyanyikan oleh para biarawan/wati. Musik Gereja Abad Pertengahan biasa disebut dengan istilah Musik Gregorian, yang bersifat plainchat (musik polos). Tidak diketahui secara pasti bagaimana menyanyikan musik ini, karena yang ada hanya dokumentasi musik tertulis mengenai musik abad pertengahan, kebanyakan dokumentasi masuk pada zaman abad pertengahan awal adalah untuk musik vokal. Sedikit saja manuskrip yang memberikan petunjuk penggunaan instrumen musik, hanya dari ilustrasi manuskrip serta lukisan-lukisan abad pertengahan yang memberikan petunjuk penggunaan instrumen musik dalam abad awal. 
Pada masa ini Gereja tidak mengijinkan penggunaan alat musik dalam ibadat karena pada awalnya penggunaan alat musik biasa digunakan oleh kaum penyembah berhala bagi ritus ibadat mereka bagi para dewa. Baru setelah tahun 1100 instrumen musik mulai diperbolehkan penggunaannya dalam gereja: Orgel Pipa. Pada masa ini musik biasa terbagi dalam dua pembagian: Musik Sakral dan Musik Sekular. Pada masa ini terdapat sebuah perkembangan budaya Gereja Barat yang disebut dengan budaya Gothik. dimana berkembang dengan pembangunan katedral-katedral bergaya Gothik.  
Dalam perkembangannya kota pada abad pertengahan selalu berkembang dari biara/gereja. Pembangunan kota biasanya selalu mengelilingi gereja/biara sebagai pusatnya, para biarawan/wati selalu dianggap sebagai kaum intelektual, sebagai mereka yang menyalin (melek huruf) Kitab Suci, menjadi suatu kelaziman untuk mendapatkan pembangunan sekolah dan universitas dilakukan oleh penduduk biara atau melekat dengan kegiatan hidup membiara di abad pertengahan. Pada masa ini terdapat tiga kelas sosial yang menjadi tatanan hidup khususnya bangsa eropa barat di zaman abad pertengahan: Kaum Bangsawan, Kaum Rohaniwan/wati dan Kaum Petani/Pedagang.

Musik Sakral
Pada masa ini musik sakral biasa disebut juga dengan istilah musik Plainchant atau musik lagu polos, yaitu musik vokal monofoni dengan syair bahasa latin yang dinyanyikan tanpa iringan. Musik plainchant ini digunakan bagi beribadat baik dalam misa ataupun ibadat harian (ofisi). Musik plainchant disebut juga Musik Gregorian, berdasarkan nama dari tokoh musik plainchant yang terkemuka yaitu St. Gregorius Agung yang bertahkta sebagai Paus  Roma dari tahun 590-604 Masehi. Musik Gregorian tadinya merupakan sebuah tradisi oral yang pada akhirnya di dokuemntasikan dengan menggunakan notasi awal. Karakteristik dari musik gregorian adalah : Non Metrikal (tidak berbirama) dan memakai Tangga Nada Gerejawi. Karakteristik musik plainchant ada yang Resitatif (sederhana) ada juga yang Melismatis (rumit) ada juga yang merupakan kombinasi dari keduanya. Sebagai contoh jelas mengenai karakteristik musik plain chant, nyata dalam penggunaannya dalam ibadat: musik untuk misa biasanya lebih rumit dibandingkan musik untuk ibadat harian. Tangga
nada gerejawi atau modus gerejawi: Doris, Frigis, Lydis, Mixolydis.


Musik Sekuler
Seperti dengan musik sakral, musik sekuler juga berkembang pada mulanya secara tradisi oral, yang menjadi musik populer, yang syairnya ditulis oleh penyair musik. Di Perancis Selatan dengan istilah Troubadours, di Perancis Utara dengan istilah Trouvers dan Minnesinger di Jerman dan Austria Isi dari musik-musik populer dari jaman ini biasanya bertemakan kepahlawanan atau perjuangan sebagaimana pada masa ini terdapat banyak perang-perang terutama perang salib, tema lain yang disukai adalah tentang cinta atau romantisme, biasa berupa pujian atau keluhan dari kekasih kepada pasangannya, tema lain yang cukup berkembang lainnya adalah Lamentatio atau sebuah kidung ratapan mengenai kematian dari bangsawan atau orang yang disegani atau dikasihi. Contoh jenis musik sekuler dalam masa ini: Alba (nyanyian pagi), Pastourelle (nyanyian gembala) dan
Estampie (musik dansa)

Perkembangan Musik Monofoni (Perkembangan menuju musik Polifoni)
Musik pada zaman ini bermula dalam bentuk yang sederhana dan pada akhirnya mulai terjadi sebuah evolusi pergeseran dengan menambahkan melodi lain kepada bentuk monofoni yang sudah ada, hal ini membuat musik monofoni berkembang menjadi bentuk musik polifoni. Bentuk awal musik polifoni dalam zaman abad pertengahan adalah: musik organum. Musik organum adalah terdiri dari melodi plainchant yang ditambahkan rangkaian nada lain yang dibunyikan pada waktu yang bersamaan. Jenis musik ini berkembang di Katedral Notre Dame, Paris, Perancis yang dibangun tahun 1163-1235, tipe karakteristik polifoni yang dihasilkan masilah sangant sederhana.

Tokoh-Tokoh Penting Musik Abad Pertengahan

St.Gregorius Agung (590-604)
St.Hildegard dari Bingen (1098-1179)
Guillaume de Machaut (1300-1377)
Francesco Landini (?-1397)

Tuesday, 26 January 2010

Sekilas Joe Satriani

Joseph "Satch" Satriani dilahirkan di Westbury, New York, AS pada 15 Juli 1956. Ia mulai tertarik belajar gitar pada usia 14 tahun setelah mendengarkan lagu-lagu Jimi Hendrix. Tahun 1974, Joe sempat menimba ilmu musik dari Billy Bauer, seorang gitaris jazz serta seorang piano jazz Lennie Tristano. Tahun 1976, joe pindah ke Berkeley, California untuk berkonsentrasi pada karir bermusiknya. Di era inilah Joe mulai belajar gitar. Hingga hari ini, Joe dikenal sebagai guru dari beberapa gitaris ternama seperti Steve Vai, Kirk Hammett (Metallica), David Bryson (Counting Crows), Kevin Cadogan (Third Eye Blind), Larry LaLonde (Primus, Possessed), Alex Skolnick (Testament) hingga Rick Hunolt (Exodus).
Tahun 1987, nama Joe Satriani melambung berkat album 'Surfing with the Alien'. Ia pun langsung digamit oleh Mick Jagger sebagai gitaris band tur solonya. Akhir tahun 1993, giliran band rock legendaris Deep Purple yang merekrutnya. Joe menggantikan pihak Ritchie Blackmore yang hengkang saat band tersebut menggelar tur di Jepang. Tiga tahun kemudian, Joe membentuk dan menggelar tur G3 yang menampilkan Steve Vai dan Eric Johnson. Sampai saat ini, selain Steve Vai dan Eric, G3 sudah pernah pula menampilkan bintang tamu besar seperti Yngwie Malmsteen, John Petruccy, Kenny Wayne Shepherd, Robert Fripp, Uli Jon Roth, Michael Schenker, Adrian Legg dan Paul Gilbert. 'Surfing with The Alien' diliris ulang oleh laber Epic/Legacy Recordings pada 7 Agustus 2007 untuk merayakan ultah ke-20 album tersebut. Di dalam kemasannya, turut disertakan pula rekaman video DVD saat Joe tampil di "Montreux Jazz Festival" (1988).
Sebagai gitaris berkapasitas shredder, Joe yang telah mengantongi angka penjualan album sebesar lebih dari 10 juta keping serta 14 nominasi Grammy Award ini dikenal sangat lihai menerapkan beberapa teknik sulit dalam permainan gitar rock, seperti permainan legato, two-handed tapping, sweep-picking, volume swells, harmonics dan eksplorasi whammy bar yang ekstrim.

Diskografi solo :
Not of This Earth - 1986
Surfing with the Alien - 1987
Dreaming #11 (EP) - 1988
Flying in a Blue Dream - 1989
The Extremist - 1992
Time Machine - 1993
Joe Satriani - 1995
Crystal Planet - 1998
Engines of Creation - 2000
Strange Beautiful Music - 2002
The Electric Joe Satriani : An Antholgy - 2003
is There Love in Space? - 2004
Super Colossal - 2006
Satriani Live! - 2006
Professor Satchafunkilus and the Musterion of Rock - 2008


(GitarPlus Edisi Juni 2008)

Rahasia Sound Bullet For My Valentine

Bullet For My Valentine (BFMV) adalah band metal asal wales, inggris yang sedang berkibar kencang di kancah musik cadas dunia saat ini. Album keduanya. 'Scream Aim Fire' (Jive/Zomba/SonyBMG) melesat langsung ke posisi keempat terlaris di Amerika sejak diliris menurut perhitungan Billboard Top 200. Sementara di negara lain, album yang di produseri Colin Richardson (Machine Head, Funeral For A Friend) tersebut berhasil masuk lima besar terlaris. Peringkat teratas di jepang, No. 3 di jerman dan Austria, No. 4 di Australia dan No. 5 di Inggris. Menyusul kesuksesan itu, BFMV telah melewati banyak tur konser bergengsi, mendampingi band-band besar macam Metallica, Guns 'N' Roses dan Rob Zombie.
Jika di bandingkan dengan album debut 'The Poison' (2005), Matthew "Matt" Tuck (vokal/gitar) dan Michael "Padge" Paget (gitar) menyebut garapan musik di 'Scream Aim Fire' (juga telah diliris di Indonesia oleh Sony BMG) jauh lebih uptempo dan agresif. "Karena kami ingin membuat (album) rekaman yang lebih keras, " tandas keduanya.
Saat ini, BFMV sedang sibuk-sibuknya menjalani tur promo untuk album 'Scream Aim Fire'. Di tur tersebut, Matt dan Padge memboyong instrumen andalan terbarunya masing-masing untuk memggeber lagu-lagu dari album 'The Poison' dan 'Scream Aim Fire'. Mau tahu apa saja yang mereka bawa? Berikut ulasannya :

Matt Tuck
Jaringan sound Matt Tuck terbilang sederhana. Dari gitar, ia langsung menghubungkannya lewat sinyal tanpa kabel (wireless) ke Sennheiser EW300. Setelah itu, sinyal di teruskan ke pedalboard yang berisi Boss TU-2 chromatic tuner, dua buah Boss NS-2 noise supressor, Ibanez TS-9 tube screamer, Morley Bad Horsie wah serta Peavey channel switcher untuk head ampli. Rangkaian stompbox tersebut langsung dihubungkan ke dua head ampli Peavey 6505 (satu untuk cadangan) yang kemudian disemburkan lewat dua cabinet Mesa Stiletto 4x12.
O ya, gitar yang paling sering dipakai Matt di panggung adalah Jackson Randy Rhoads RR1T berwarna hitam serta gitar cadangan Jackson RR1T USA Custom Shop (reverse headstock) berwarna paduan hitam dan putih. Kedua gitar tersebut memakai senar Rotosound (.010, .013, .017, .030, .042, .056) dengan tuning Drop D (turun satu nada) menjadi C-G-C-F-A-D.
Pickup kedua gitar tersebut menggunakan Seymour Duncan JB (bridge) dan Seymour Duncan Jazz (neck). Di beberapa kesempatan, Matt juga terlihat sering meraungkan Gibson Les Paul Raw Power Standard, gitar berpickup EMG yang paling sering dipakai saat rekaman album 'Scream Aim Fire'. Belakangan, Matt mulai memamerkan pula gitar signature modelnya yang menggunakan pickup Seymour Duncan Blackouts.
Saat beraksi di panggung, Matt selalu membiarkan pedal TS-9-nya dalam posisi hidup (on). Bahkan pada saat ia berpindah seperti yang pernah ia lakukan, tapi nyatanya sangat merepotkan. Kini, cukup dengan menginjak satu tombol di TC Electronic pedalboard, ia bisa mengaktifkan efek apa saja (tentunya telah terprogram sebelumnya) yang ia inginkan.
Cara kerja selengkapnya kira-kira begini. Sinyal dari gitar dikirim langsung ke EW300 yang ada di rak. Kemudian untuk mendapatkan sound yang diinginkannya, Padge mengoperasikan pedalboard TC Electronic G-System yang terhubung ke rak, di mana jaringannya juga telah terkait dengan TS-9 (loop send/return). Lalu ada pula kabel dari TC ke Sound Sculpture ABCadabra MIDI A/B switcher yang bertugas menghubungkan TC ke Ebtech Hum Eliinator. Ebecth sendiri juga dihubungkan ke ampli combo Roland JC-120 Jazz Chrous yang dipakai Padge untuk mendapatkan suara clean. Nah, proses perpindahan dari channel dirty sound ke clean tersebut dilakukan oleh Kev Papworth, teknisi Padge dengan menggunakan Roland MIDI foot controller (lewat jalur kabel MIDI) dari belakang panggung.
Selain itu Ebtech juga mengirim sinyal suara ke head Mesa/Boogie setelah sebelumnya melewati sebuah noise supressor (Boss NS-2). Dari head, sinyal suara permainan gitar Padge lantas dipancarkan melalui cabinet Mesa/Boogie 300-watt 4x12. Sekedar tambahan informasi, saat proses rekaman 'Scream Aim Fire', Padge juga menggunakan ampli Bogner (disamping Mesa/Boogie) untuk mendapatkan sound rythm yang diinginkannya.
Di atas panggung, Padge juga mengoprasikan sebuah chromatic tuner (Boss TU-2) dan Dunlop SW-95 Slash wah yang terhubung dengan EW300, namun pengaktifannya diprogram melalui TC Electronic yang ada di rak.
Sama halnya Matt, Padge juga kini lebih banyak menggeber gitar barunya, ESP Signature Model berwarna hitam di panggung. Sebagai cadangan dan untuk kepentingan di lagu tertentu, Padge juga membawa dua gitar sejenis dengan spesifikasi sama. Sama-sama menggunakan pickup EMG 81 (bridge) dan EMG 85 (neck) serta senar Rotosound berukuran persis sama dengan gitar Matt Tuck. Untuk tuning, Padge menggendorkan senarnya satu nada lebih rendah dari ukuran standar, menjadi D-G-C-F-A-D. Tapi satu gitar lagi menggunakan tuning yang berbeda, yakni Drop C (C-G-C-F-A-D), yang sepertinya di pakai saat menggeber lagu 'Waking the Demon' dan 'Hearts Burst Into Fire'.
Nah, sekarang kamu sudah tau 'jeroan' apa saja yang di bawa para gitaris Bullet For My Valentine ke panggung. Tinggal terserah kamu mau ditiru mentah-mentah atau menciptakan rangkaian baru yang mungkin terinspirasi dari jaringan sound mereka. Selamat bereksperimen!

Bisa juga di baca di Majalah GitarPlus edisi Juni 2008.

Monday, 25 January 2010