Powered By Blogger

Tuesday, 18 December 2018

Dimensi Mistik Musik dan Bunyi (Hazrat Inayat Khan, Bagian II)


Musik Esoterik
Menurut sudut panang esoterik, musik adalah awal dan akhir alam semesta. Perbuatan dan gerakan yang dibuat di dunia yang kasat dan tak kasat mata, semua bersifat musikal. Jadi, mereka terdiri dari berbagai vibrasi yang menyinggung bidang eksistensi tertentu. Musik disebut sangita dalam bahasa Sansekerta, yang melambangkan tiga subjek; menyanyi, memainkan dan menari. Ketiganya digabungkan dalam setiap tindakan. Sebagai contoh, dalam perbuatan berbicara suara seperti nyanyian, pengucapan kata-kata yang menyerupai permainan musik dan gerak tubuh, juga ekspresi wajah seperti menari.

Musik oriental secara keseluruhan didasarkan pada fondasi filsafat dan ruhaniah. Penemunya adalah Mahadewa, Dewa Para Yogi, dan pelakonnya yang besar adalah Parwati, istri tercintanya. Krisna, penjelmaan dari Dewa, adalah seorang pemusik ahli yang memukau kedua dunia dengan musik dari serulingnya, yang menciptakan tarian Para Yogi. Bharata Muni, orang suci Hindu yang terbesar, adalah penggubah musik pertama. Ahli kebatinan, seperti Narada dan Tumbara, adalah pemusik yang hebat. Di surga Hindu Dewa Indra dihibur oleh nyanyian klasik Gandharva dan tarian Apsara[1]. Dewi musik Saraswati yang juga Dewi Kebijaksanaan, ia adalah pecinta vina. Seluruh sistem agama Hindu dan filsafat didasarkan pada ilmu tentang vibrasi dan disebut Nada Brahma, Dewa Bunyi.

Penyair Syamsi Tabriz, saat menulis tentang penciptaan, mengatakan bahwa seluruh misteri alam raya terletak pada bunyi, fakta ini dinyatakan dalam Al-Qur’an maupun Injil. Vibrasi yang halus melalui penciptaan, akan menjadi semakin tinggi derajatnya, yang membentuk berbagai bidang eksistensi, yang berakhir dalam manifestasi lahiriah. Seperti air, ketika membeku, berubah menjadi salju. Maka aktivitas yang lebih sedikit menghaluskannya, yang menunjukkan bahwa ruh dan materi, dalam pengertian yang lebih tinggi, sama saja. Ruh turun ke materi dengan hukum vibrasi, dan materi juga naik menuju ruh. Para Yogi dan Sufi besar selalu maju melalui bantuan latihan mereka menuju keadaan kesempurnaan yang paling tinggi, dengan penghalusan melalui pengetahuan tentang vibrasi.

Bunyi alat musik kebendaan, atau suara yang dihasilkan oleh organ bunyi manusia, benar-benar hasil dari bunyi lingkungan universal yang hanya bisa didengar oleh mereka yang selaras dengannya. Keadaan ini disebut anahad nad oleh para Yogi, dan para Sufi menyebutnya sauti sarmad.

Pemusik dan pecinta musik, mereka akan menjadi halus dan diarahkan ke dunia bunyi yang lebih tinggi. Sufi kehilangan diri mereka di dalam bunyi dan menyebutnya ektase (kegembiraan yang berlimpah ruah) atau masti. Kekuatan para peramal dan ahli klenik muncul setelah mengalami ekstasi, yakni kondisi di mana pengetahuan tentang keberadaan yang kasat dan tak kasat mata akan terungkap. Siraman kebahagiaan dan kedamaian hanya dirasakan oleh para Yogi dan Sufi yang tertarik dengan seni surgawi musik.

Hampir semua pemusik besar di Timur telah menjadi orang suci yang agung melalui kekuatan musik. Para pemusik yang lebih muda di India, seperti Tansen dan Maula Bakhsh, adalah contoh besar dari figur kesempurnaan ruhaniah melalui musik.




[1]  Yang hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang saja.

No comments:

Post a Comment