Powered By Blogger

Saturday, 22 December 2018

Dimensi Mistik Musik dan Bunyi (Hazrat Inayat Khan, III part I)

Musik Duniawi
Kalau saya memilih judul ini, tidak berarti saya mendukung takhayul atau ide-ide lain yang mungkin menarik orang ke dalam hal-hal gaib. Melalui topik ini, saya berharap akan mengarahkan perhatian mereka yang mencari kebenaran, menuju hukum musik yang bekerja di seluruh alam semesta secara keseluruhan, atau, dengan kata lain, hukum kehidupan, rasa keseimbangan, hukum keselarasan, hukum yang menjalankan keseimbangan, hukum yang tersembunyi di balik segala aspek kehidupan, yang menjadikan alam raya ini sempurna dan membangun takdirnya melalui seluruh alam semesta, memenuhi tujuan-tujuannya.

Musik seperti yang kita kenal dalam bahasa sehari-hari hanyalah sebuah miniatur: bahwa kecerdasan kita telah memahami musik atau harmoni itu dari seluruh alam semesta yang bekerja di belakang kita. Musik alam semesta adalah latar belakang gambaran kecil yang kita sebut musik. Pengertian kita tentang musik, ketertarikan kita pada musik, menunjukkan bahwa musik berada pada kedalaman eksistensi kita. Musik dibalik karya seluruh alam semesta. Musik bukan hanya objek terbesar kehidupan, namun juga kehidupan itu sendiri.

Hafiz, penyair Persia yang besar dan mengagumkan, berkata, “Banyak orang mengatakan bahwa kehidupan memasuki tubuh manusia dengan bantuan musik, namun kebenarannya adalah bahwa kehidupan itu sendiri adalah musik.” Saya perlu mengatakan pada Anda, apayang membuatnya berkata begitu. Di Timur ada sebuah legenda yang menceritakan bahwa Tuhan membuat patung dari tanah citra-Nya sendiri, dan meminta ruh masuk ke dalamnya. Namun sang ruh menolak masuk, karena sifatnya adalah terbang bebas ke mana-mana, dan tidak dibatasi dan dibelenggu ke kurungan tertentu. Ruh tidak ingin masuk ke dalam penjara seperti itu. Kemudian Tuhan meminta para malaikat memainkan musik mereka, dan ketika para malaikat memainkannya, ruh mencapai ekstase. Melalui ekstasi itulah –dalam rangka memperjelas musik bagi dirinya sendiri—ruh memasuki tubuh itu.

Ini adalah sebuah legenda yang indah, dan terlebih lagi meisterinya. Interpetasi dari legenda ini menjelaskan pada kita tentang dua hukum besar. Salah satunya adalah bahwa kebebasan adalah sifat dari ruh atau jiwa, dan baginya, seluruh tragedi kehidupan adalah tidak adanya kebebasan yang menjadi bagian dari sifatnya yang asli. Misteri berikutnya yang dikisahkan oleh legenda ini adalah, bahwa satu-satunya alasan mengapa jiwa masuk dalam tubuh tanah atau materi, adalah untuk menikmati musik kehidupan, dan untuk menjadikan musik ini jelas bagi musik itu sendiri. Dan ketika kita merangkum dua misteri besar ini, misteri yang ketiga, yang merupakan misteri dari segala misteri, sampailah kita pada pemikiran: bahwa bagian tak terbatas dari diri kita sendiri menjadi terbatas dan bersifat duniawi oleh tujuan-tujuan, sehingga hidup ini, yang merupakan kehidupan ke luar, menjadi lebih jernih. Karena itu ada sebuah kehilangan dan sebuah perolehan. Kehilangan adalah hilangnya kebebasan dan perolehan adalah pengalaman hidup yang sepenuhnya diperoleh dengan sampai pada keterbatasan hidup yang kita sebut kehidupan seorang individu.

Apa yang membuat kita merasa terseret ke dalam musik adalah, bahwa seluruh diri kita adalah musik: pikiran kita, raga kita, alam yang kita tempati, alam yang menjadikan kita, semua yang ada di bawah dan di sekeliling kita—semuanya musik. Saat kita dekat dengan semua musik ini dan hidup, bergerak serta memiliki eksistensi di dalamnya, ia akan menarik kita. Ia menarik perhatian kita dan memberi kita kesenangan, karena ia terhubung dengan irama dan nada yang menjaga mekanisme seluruh eksistensi kita agar tetap utuh. Apa yang menyenangkan kita dalam segala kesenian, baik seni gambar, lukis, pahat, arsitektur atau patung, dan apa yang menarik kita dalam puisi, adalah harmoni di balik itu semua, yaitu musik. Musiklah yang disampaikan oleh puisi pada kita: ritme dalam puisi, atau harmoni dari gagasan dan frase.

Di samping itu, dalam lukisan gambar, ada rasa keseimbangan dan keselarasan yang member segala kesenangan yang kita gapai dalam memuja seni. Yang menarik kira untuk berdekatan dengan alam adalah musik alam, dan musik alam lebih sempurna dari musik kesenian. Ia memberi kita rasa kemuliaan untuk bertualang di hutan, menatap hijaunya tumbuhan, berdiri di dekat air mengalir yang memiliki ritme nada dan harmoninya, ayunan ranting-ranting pohon di hutan, naik turunnya gelombang –semuanya memiliki musik. Ketika kita mengheningkan cipta dan menjadi satu dengan alam, hati jadi terbuka pada musiknya. Kita mengatakan, “Aku menikmati alam,” dan apakah yang kita nikmati di alam? Musiknya. Sesuatu dalam diri kita telah tersentuh oleh gerak ritmis, oleh harmoni kesempurnaan yang amat jarang ditemukan dalam kehidupan artifisial sehari-hari. Harmoni yang menjadikannya merasa bahwa inilah kuil sesungguhnya, agama sejati. Ketika seseorang berada di tengah-tengah alam dengan hati terbuka, itu adalah suatu masa hidup yang utuh, suatu masa ketika ia mengalami keselarasan dengan alam.

Ketika orang melihat kosmos, gerakan bintang dan planet hukum vibrasi dan ritme –semuanya sempurna dan tidak berubah, semua itu menunjukkan bahwa sistem kosmis bekerja dengan hukum musik, hukum harmoni. Kapanpun harmoni dalam sistem kosmis itu memanggil, maka sebagai imbagannya bencanapun muncul di muka bumi, dan pengaruhnya terlihat di berbagai kekuatan perusak yang muncul di dunia. Bila ada prinsip yang menjadi dasar hukum astrologi –dan ilmu kebatinan di baliknya, maka itulah musik.

Karena itu, bagi jiwa-jiwa yang paling terang, yang pernah hidup di dunia ini, seperti juga para nabi terbesar di India, seluruh kehidupan mereka adalah musik. Dari musik miniatur yang kita pahami, mereka membentangkan dirinya pada keutuhan musik sebagai alam semesta, dan dengan itu mereka mampu memberi inspirasi. Orang yang menemukan kunci menuju musik segenap karya kehidupan –dialah yang akan menjadi intuitif; ialah yang memiliki inspirasi; ialah yang menjadi wujud sebagai wahyu, karena kemudian bahasanya menjadi musik. Setiap objek yang kita lihat berwahyu. Berupa apa? Ia mengatakan pada kita watak, sifat dan rahasianya. Setiap orang yang datang pada kita menceritakan masa lalu, masa kini dan masa depannya. Bagaimana caranya? Dalam bentuk musik –hanya jika kita bisa mendengarnya. Tidak ada bahasa yang lain: ritmenya, nadanya. Kita mendengarnya, tapi kita tidak mendengarnya dengan telinga kita. Seorang yang ramah akan menunjukkan harmoni dalam suara, kata-kata, gerakan dan perilakunya. Seorang tidak ramah, dalam segala tingkah lakunya, raut muka dan kesan sekilasnya, cara berjalannya, dalam segala hal, akan menunjukkan disharmoni –hanya jika orang bisa melihatnya. Saya bisa menghibur diri di India dengan seorang teman yang mudah sekali jengkel. Kadangkala ketika ia mengunjungi saya, saya mengatakan, “Kamu sedang jengkel hari ini?” Ia bertanya, “Sekarang bagaimana kamu tahu kalau aku jengkel hari ini? “Surbanmu mengatakan padaku. Caramu mengikat surban tidak menunjukkan harmoni,” jawab saya.

Setiap tindakan seseorang menunjukkan sikap yang harmonis atau sebaliknya. Ada banyak hal yang bisa Anda rasakan dalam tulisan tangan, tapi hal yang pokok dalam membaca tulisan tangan adalah lengkungan harmonis atau tidak harmonis. Ia hampir mengatakan pada, dan  memberitahu, Anda, suasana hati saat orang itu menulisnya. Tulisan tangan mengatakan pada Anda banyak hal: tingkat evolusi penulisnya, sikapnya pada kehidupan, wataknya. Anda tidak perlu membaca surat, Anda hanya perlu melihat tulisan tangannya; karena garis dan lengkungan  akan menunjukkan  apakah ia harmonis atau tidak –hanya jika  Anda  bisa melihatnva.

Dalam setiap makhluk hidup , Anda bisa melihat hal ini, dan bila Anda melihat dengan pandangan terbuka tentang sifat berbagai hal, Anda akan membaca, bahkan  pohon sekalipun –pohon yang melahirkan buah  atau bunga yang diekspresikan oleh musik.

Anda bisa melihat dari sikap seseorang apakah ia terbukti sebagai teman Anda, atau akan berakhir sebagai musuh Anda. Anda tidak  perlu  menunggu sampai akhir, Anda bisa melihat pada pandangan pertama apakah ia cenderung  ramah  atau sebaliknya, karena setiap orang adalah musik, musik  abadi, terus menerus mengalun siang dan malam. Kemampuan naluriah Anda bisa mendengarkan musik itu, dan itulah alasannya mengapa seseorang begitu Anda sukai sementara yang lain justru sebaliknya, Anda tidak menyukainya: ia mengekspresikan musiknya. Segenap wataknva dipenuhi dengan musik.

Ada sebuah kisah tentang Umar, khalifah ternama  dari Arab. Seseorang yang ingin mencelakai Umar sedang mencarinya, dan Ia mendengar bahwa Umar tidak tinggal di istana walaupun ia adalah raja, namun justru menghabiskan waktunya bersama alam. Orang ini sangat senang dalam pikirannya, sekarang ia mempunyai kesempatan besar untuk mewujudkan niatnya. Ketika ia mendekati tempat Umar duduk, semakin mendekat, semakin berubah sikapnya, sampai pada akhirnya ia menjatuhkan belati yang terhunus di tangannya, dan berkata, “Aku tidak bisa menyakitimu. Katakan padaku, apa kekuatan dalam dirimu yang menghalangiku untuk mencapai tujuanku?” Umar menjawab, “Penyatuan diriku dengan Tuhan.” Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah istilah agamis, tapi apakah makna dari penyatuan diri dengan Tuhan? Maknanya adalah menjadi selaras dengan Yang Tak Terbatas, harmonis dengan seluruh alam semesta. Dalam bahasa sederhana, Umar adalah wadah musik seluruh alam.

Daya pikat terbesar yang dipancarkan oleh kepribadian orang­orang suci dari berbagai zaman adalah kepekaan mereka terhadap musik, Zat yang Menyeluruh. Hal ini menjadi rahasia tentang bagaimana mereka menjadi teman bag imusuh-musuh terburuk mereka. Namun ini bukan satu-satunya kekuatan orang-orang suci itu; ini muncul pada setiap orang dengan tingkatan yang rendah atau tinggi. Setiap orang menunjukkan harmoni dan disharmoni menurut seberapa terbukanya ia terhadap musik alam semesta. Semakin terbuka seseorang pada segala yang indah dan harmonis, semakin besar kesetiaan hidupnya pada harmoni universal tersebut, dan semakin ia menunjukkan sikap ramah pada setiap orang yang ia jumpai, wataknva akan menciptakan musik di sekelilingnya.

Perbedaan antara sudut pandang material dan spiritual adalah, bahwa sudut pandang material melihat materi sebagai hal pertama, yang dari situ kecerdasan, keindahan dan semua hal lainnya berkembang mengikutinya. Dari sudut pandang spiritual, kita melihat kecerdasan dan keindahan terlebih dahulu, dan dari itu semua muncul segala yang ada. Dari sudut pandang spiritual, kita melihat bahwa apa yang dianggap terakhir oleh seseorang sama saja dengan yang pertama. Karena itu dalam esensi Zat yang Menyeluruh inisebagai dasarnya— terdapat musik, karena orang bisa melihat, bahwa dalam intisari biji bunga mawar terdapat bunga mawar itu sendiri, harumnya, bentuknya, keindahannya. Walaupun dalam biji itu ia tidak berujud, pada saat yang sama ia ada dalam intisari. Orang yang menjaga ketaatan dirinya sendiri bukan saja kepada keadaan lahiriah, namun juga keadaan batiniah dan pada intisari dari segala sesuatu, akan memahami  intisari dari Zat yang Menyeluruh, dan karena itu ia bisa menemukan dan menikrnati wangi dan bunganya yang ia lihat pada bunga mawar, dan, pada tingkatan yang sama, juga di dalam bijinya.

Kesalahan besar abad sekarang, aktivitas sudah demikian meningkat. Sehingga, hanya tersisa sedikit saja ruang dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk beristirahat. Istirahat adalah rahasia dari segala kontemplasi dan meditasi, rahasia untuk tetap selaras dengan aspek kehidupan itu, yang  merupakan intisari dari segala sesuatu.  Ketika seseorang  tidak terbiasa untuk beristirahat, ia tidak tahu ada apa di balik dirinya, Kondisi  ini dialami, pertama-tama,  dengan  menyiapkan  raga, dan juga pikiran, dengan  sarana pemurnian diri. Dan dengan menalar secara lebih halus, orang mampu menyelaraskan jiwanya dengan Zat yang Menyeluruh.

Ini tampak rumit, namun sebenarnya amat sederhana. Ketika seseorang terbuka pada teman seiringnya dalam kehidupan ini, ia akan mengetahui begitu banyak hal tentang dia, lnilah pintu hati, inilah ke-satu-an  dengan seorang ternan; kita mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Kita tahu bagaimana cara mengalami dan menikmati persahabatan. Ketika terdapat kebencian, prasangka dan kepahitan, maka hilanglah pengertian. Semakin dalam pengertian seseorang, semakin banyak teman yang ia miliki. Perasaan kecil, sempit, kurang memiliki perkembangan spiritual, itu semua meniadikan seseorang terkucil, jauh dan berbeda dari yang lain. Ketika ia merasa unggul, lebih hebat dan lebih baik dari orang lain, sikapnya yang ramah tampaknya sudah sirna. Dengan demikian ia menjauhkan diri dari orang lain, dan dari sini terjadilah tragedi. Orang ini tidak pernah bahagia.

Orang yang bahagia adalah yang siap berteman dengan siapa saja. Perspektifnya tentang kehidupan adalah keramahan. Ia tidak hanya ramah pada orang, tapi juga terhadap benda dan keadaan. Dengan sikap persahabatan inilah ia meregang dan menghancurleburkan tembok-tembok yang mengurungnya. Dan dengan menghancurkan tembok itu, ia mengalami penyatuan dengan Kemutlakan. Penyatuan dengan Kemutlakan ini mewujud dalam musik jagad raya, dan ini ia alami pada segala segi;  keindahan  alami, warna bunga-bunga, segala sesuatu yang ia lihat, setiap orang yang ia temui, Pada waktu-waktu ia merenung dan menyendiri, dan pada saat-saat berada di tengah-tengah dunia, selalu ada musik, dan ia selalu menikmati  harmoni  itu.

No comments:

Post a Comment