Powered By Blogger

Saturday 22 December 2018

Dimensi Mistik Musik dan Bunyi (Hazrat Inayat Khan, III part I)

Musik Duniawi
Kalau saya memilih judul ini, tidak berarti saya mendukung takhayul atau ide-ide lain yang mungkin menarik orang ke dalam hal-hal gaib. Melalui topik ini, saya berharap akan mengarahkan perhatian mereka yang mencari kebenaran, menuju hukum musik yang bekerja di seluruh alam semesta secara keseluruhan, atau, dengan kata lain, hukum kehidupan, rasa keseimbangan, hukum keselarasan, hukum yang menjalankan keseimbangan, hukum yang tersembunyi di balik segala aspek kehidupan, yang menjadikan alam raya ini sempurna dan membangun takdirnya melalui seluruh alam semesta, memenuhi tujuan-tujuannya.

Musik seperti yang kita kenal dalam bahasa sehari-hari hanyalah sebuah miniatur: bahwa kecerdasan kita telah memahami musik atau harmoni itu dari seluruh alam semesta yang bekerja di belakang kita. Musik alam semesta adalah latar belakang gambaran kecil yang kita sebut musik. Pengertian kita tentang musik, ketertarikan kita pada musik, menunjukkan bahwa musik berada pada kedalaman eksistensi kita. Musik dibalik karya seluruh alam semesta. Musik bukan hanya objek terbesar kehidupan, namun juga kehidupan itu sendiri.

Hafiz, penyair Persia yang besar dan mengagumkan, berkata, “Banyak orang mengatakan bahwa kehidupan memasuki tubuh manusia dengan bantuan musik, namun kebenarannya adalah bahwa kehidupan itu sendiri adalah musik.” Saya perlu mengatakan pada Anda, apayang membuatnya berkata begitu. Di Timur ada sebuah legenda yang menceritakan bahwa Tuhan membuat patung dari tanah citra-Nya sendiri, dan meminta ruh masuk ke dalamnya. Namun sang ruh menolak masuk, karena sifatnya adalah terbang bebas ke mana-mana, dan tidak dibatasi dan dibelenggu ke kurungan tertentu. Ruh tidak ingin masuk ke dalam penjara seperti itu. Kemudian Tuhan meminta para malaikat memainkan musik mereka, dan ketika para malaikat memainkannya, ruh mencapai ekstase. Melalui ekstasi itulah –dalam rangka memperjelas musik bagi dirinya sendiri—ruh memasuki tubuh itu.

Ini adalah sebuah legenda yang indah, dan terlebih lagi meisterinya. Interpetasi dari legenda ini menjelaskan pada kita tentang dua hukum besar. Salah satunya adalah bahwa kebebasan adalah sifat dari ruh atau jiwa, dan baginya, seluruh tragedi kehidupan adalah tidak adanya kebebasan yang menjadi bagian dari sifatnya yang asli. Misteri berikutnya yang dikisahkan oleh legenda ini adalah, bahwa satu-satunya alasan mengapa jiwa masuk dalam tubuh tanah atau materi, adalah untuk menikmati musik kehidupan, dan untuk menjadikan musik ini jelas bagi musik itu sendiri. Dan ketika kita merangkum dua misteri besar ini, misteri yang ketiga, yang merupakan misteri dari segala misteri, sampailah kita pada pemikiran: bahwa bagian tak terbatas dari diri kita sendiri menjadi terbatas dan bersifat duniawi oleh tujuan-tujuan, sehingga hidup ini, yang merupakan kehidupan ke luar, menjadi lebih jernih. Karena itu ada sebuah kehilangan dan sebuah perolehan. Kehilangan adalah hilangnya kebebasan dan perolehan adalah pengalaman hidup yang sepenuhnya diperoleh dengan sampai pada keterbatasan hidup yang kita sebut kehidupan seorang individu.

Apa yang membuat kita merasa terseret ke dalam musik adalah, bahwa seluruh diri kita adalah musik: pikiran kita, raga kita, alam yang kita tempati, alam yang menjadikan kita, semua yang ada di bawah dan di sekeliling kita—semuanya musik. Saat kita dekat dengan semua musik ini dan hidup, bergerak serta memiliki eksistensi di dalamnya, ia akan menarik kita. Ia menarik perhatian kita dan memberi kita kesenangan, karena ia terhubung dengan irama dan nada yang menjaga mekanisme seluruh eksistensi kita agar tetap utuh. Apa yang menyenangkan kita dalam segala kesenian, baik seni gambar, lukis, pahat, arsitektur atau patung, dan apa yang menarik kita dalam puisi, adalah harmoni di balik itu semua, yaitu musik. Musiklah yang disampaikan oleh puisi pada kita: ritme dalam puisi, atau harmoni dari gagasan dan frase.

Di samping itu, dalam lukisan gambar, ada rasa keseimbangan dan keselarasan yang member segala kesenangan yang kita gapai dalam memuja seni. Yang menarik kira untuk berdekatan dengan alam adalah musik alam, dan musik alam lebih sempurna dari musik kesenian. Ia memberi kita rasa kemuliaan untuk bertualang di hutan, menatap hijaunya tumbuhan, berdiri di dekat air mengalir yang memiliki ritme nada dan harmoninya, ayunan ranting-ranting pohon di hutan, naik turunnya gelombang –semuanya memiliki musik. Ketika kita mengheningkan cipta dan menjadi satu dengan alam, hati jadi terbuka pada musiknya. Kita mengatakan, “Aku menikmati alam,” dan apakah yang kita nikmati di alam? Musiknya. Sesuatu dalam diri kita telah tersentuh oleh gerak ritmis, oleh harmoni kesempurnaan yang amat jarang ditemukan dalam kehidupan artifisial sehari-hari. Harmoni yang menjadikannya merasa bahwa inilah kuil sesungguhnya, agama sejati. Ketika seseorang berada di tengah-tengah alam dengan hati terbuka, itu adalah suatu masa hidup yang utuh, suatu masa ketika ia mengalami keselarasan dengan alam.

Ketika orang melihat kosmos, gerakan bintang dan planet hukum vibrasi dan ritme –semuanya sempurna dan tidak berubah, semua itu menunjukkan bahwa sistem kosmis bekerja dengan hukum musik, hukum harmoni. Kapanpun harmoni dalam sistem kosmis itu memanggil, maka sebagai imbagannya bencanapun muncul di muka bumi, dan pengaruhnya terlihat di berbagai kekuatan perusak yang muncul di dunia. Bila ada prinsip yang menjadi dasar hukum astrologi –dan ilmu kebatinan di baliknya, maka itulah musik.

Karena itu, bagi jiwa-jiwa yang paling terang, yang pernah hidup di dunia ini, seperti juga para nabi terbesar di India, seluruh kehidupan mereka adalah musik. Dari musik miniatur yang kita pahami, mereka membentangkan dirinya pada keutuhan musik sebagai alam semesta, dan dengan itu mereka mampu memberi inspirasi. Orang yang menemukan kunci menuju musik segenap karya kehidupan –dialah yang akan menjadi intuitif; ialah yang memiliki inspirasi; ialah yang menjadi wujud sebagai wahyu, karena kemudian bahasanya menjadi musik. Setiap objek yang kita lihat berwahyu. Berupa apa? Ia mengatakan pada kita watak, sifat dan rahasianya. Setiap orang yang datang pada kita menceritakan masa lalu, masa kini dan masa depannya. Bagaimana caranya? Dalam bentuk musik –hanya jika kita bisa mendengarnya. Tidak ada bahasa yang lain: ritmenya, nadanya. Kita mendengarnya, tapi kita tidak mendengarnya dengan telinga kita. Seorang yang ramah akan menunjukkan harmoni dalam suara, kata-kata, gerakan dan perilakunya. Seorang tidak ramah, dalam segala tingkah lakunya, raut muka dan kesan sekilasnya, cara berjalannya, dalam segala hal, akan menunjukkan disharmoni –hanya jika orang bisa melihatnya. Saya bisa menghibur diri di India dengan seorang teman yang mudah sekali jengkel. Kadangkala ketika ia mengunjungi saya, saya mengatakan, “Kamu sedang jengkel hari ini?” Ia bertanya, “Sekarang bagaimana kamu tahu kalau aku jengkel hari ini? “Surbanmu mengatakan padaku. Caramu mengikat surban tidak menunjukkan harmoni,” jawab saya.

Setiap tindakan seseorang menunjukkan sikap yang harmonis atau sebaliknya. Ada banyak hal yang bisa Anda rasakan dalam tulisan tangan, tapi hal yang pokok dalam membaca tulisan tangan adalah lengkungan harmonis atau tidak harmonis. Ia hampir mengatakan pada, dan  memberitahu, Anda, suasana hati saat orang itu menulisnya. Tulisan tangan mengatakan pada Anda banyak hal: tingkat evolusi penulisnya, sikapnya pada kehidupan, wataknya. Anda tidak perlu membaca surat, Anda hanya perlu melihat tulisan tangannya; karena garis dan lengkungan  akan menunjukkan  apakah ia harmonis atau tidak –hanya jika  Anda  bisa melihatnva.

Dalam setiap makhluk hidup , Anda bisa melihat hal ini, dan bila Anda melihat dengan pandangan terbuka tentang sifat berbagai hal, Anda akan membaca, bahkan  pohon sekalipun –pohon yang melahirkan buah  atau bunga yang diekspresikan oleh musik.

Anda bisa melihat dari sikap seseorang apakah ia terbukti sebagai teman Anda, atau akan berakhir sebagai musuh Anda. Anda tidak  perlu  menunggu sampai akhir, Anda bisa melihat pada pandangan pertama apakah ia cenderung  ramah  atau sebaliknya, karena setiap orang adalah musik, musik  abadi, terus menerus mengalun siang dan malam. Kemampuan naluriah Anda bisa mendengarkan musik itu, dan itulah alasannya mengapa seseorang begitu Anda sukai sementara yang lain justru sebaliknya, Anda tidak menyukainya: ia mengekspresikan musiknya. Segenap wataknva dipenuhi dengan musik.

Ada sebuah kisah tentang Umar, khalifah ternama  dari Arab. Seseorang yang ingin mencelakai Umar sedang mencarinya, dan Ia mendengar bahwa Umar tidak tinggal di istana walaupun ia adalah raja, namun justru menghabiskan waktunya bersama alam. Orang ini sangat senang dalam pikirannya, sekarang ia mempunyai kesempatan besar untuk mewujudkan niatnya. Ketika ia mendekati tempat Umar duduk, semakin mendekat, semakin berubah sikapnya, sampai pada akhirnya ia menjatuhkan belati yang terhunus di tangannya, dan berkata, “Aku tidak bisa menyakitimu. Katakan padaku, apa kekuatan dalam dirimu yang menghalangiku untuk mencapai tujuanku?” Umar menjawab, “Penyatuan diriku dengan Tuhan.” Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah istilah agamis, tapi apakah makna dari penyatuan diri dengan Tuhan? Maknanya adalah menjadi selaras dengan Yang Tak Terbatas, harmonis dengan seluruh alam semesta. Dalam bahasa sederhana, Umar adalah wadah musik seluruh alam.

Daya pikat terbesar yang dipancarkan oleh kepribadian orang­orang suci dari berbagai zaman adalah kepekaan mereka terhadap musik, Zat yang Menyeluruh. Hal ini menjadi rahasia tentang bagaimana mereka menjadi teman bag imusuh-musuh terburuk mereka. Namun ini bukan satu-satunya kekuatan orang-orang suci itu; ini muncul pada setiap orang dengan tingkatan yang rendah atau tinggi. Setiap orang menunjukkan harmoni dan disharmoni menurut seberapa terbukanya ia terhadap musik alam semesta. Semakin terbuka seseorang pada segala yang indah dan harmonis, semakin besar kesetiaan hidupnya pada harmoni universal tersebut, dan semakin ia menunjukkan sikap ramah pada setiap orang yang ia jumpai, wataknva akan menciptakan musik di sekelilingnya.

Perbedaan antara sudut pandang material dan spiritual adalah, bahwa sudut pandang material melihat materi sebagai hal pertama, yang dari situ kecerdasan, keindahan dan semua hal lainnya berkembang mengikutinya. Dari sudut pandang spiritual, kita melihat kecerdasan dan keindahan terlebih dahulu, dan dari itu semua muncul segala yang ada. Dari sudut pandang spiritual, kita melihat bahwa apa yang dianggap terakhir oleh seseorang sama saja dengan yang pertama. Karena itu dalam esensi Zat yang Menyeluruh inisebagai dasarnya— terdapat musik, karena orang bisa melihat, bahwa dalam intisari biji bunga mawar terdapat bunga mawar itu sendiri, harumnya, bentuknya, keindahannya. Walaupun dalam biji itu ia tidak berujud, pada saat yang sama ia ada dalam intisari. Orang yang menjaga ketaatan dirinya sendiri bukan saja kepada keadaan lahiriah, namun juga keadaan batiniah dan pada intisari dari segala sesuatu, akan memahami  intisari dari Zat yang Menyeluruh, dan karena itu ia bisa menemukan dan menikrnati wangi dan bunganya yang ia lihat pada bunga mawar, dan, pada tingkatan yang sama, juga di dalam bijinya.

Kesalahan besar abad sekarang, aktivitas sudah demikian meningkat. Sehingga, hanya tersisa sedikit saja ruang dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk beristirahat. Istirahat adalah rahasia dari segala kontemplasi dan meditasi, rahasia untuk tetap selaras dengan aspek kehidupan itu, yang  merupakan intisari dari segala sesuatu.  Ketika seseorang  tidak terbiasa untuk beristirahat, ia tidak tahu ada apa di balik dirinya, Kondisi  ini dialami, pertama-tama,  dengan  menyiapkan  raga, dan juga pikiran, dengan  sarana pemurnian diri. Dan dengan menalar secara lebih halus, orang mampu menyelaraskan jiwanya dengan Zat yang Menyeluruh.

Ini tampak rumit, namun sebenarnya amat sederhana. Ketika seseorang terbuka pada teman seiringnya dalam kehidupan ini, ia akan mengetahui begitu banyak hal tentang dia, lnilah pintu hati, inilah ke-satu-an  dengan seorang ternan; kita mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Kita tahu bagaimana cara mengalami dan menikmati persahabatan. Ketika terdapat kebencian, prasangka dan kepahitan, maka hilanglah pengertian. Semakin dalam pengertian seseorang, semakin banyak teman yang ia miliki. Perasaan kecil, sempit, kurang memiliki perkembangan spiritual, itu semua meniadikan seseorang terkucil, jauh dan berbeda dari yang lain. Ketika ia merasa unggul, lebih hebat dan lebih baik dari orang lain, sikapnya yang ramah tampaknya sudah sirna. Dengan demikian ia menjauhkan diri dari orang lain, dan dari sini terjadilah tragedi. Orang ini tidak pernah bahagia.

Orang yang bahagia adalah yang siap berteman dengan siapa saja. Perspektifnya tentang kehidupan adalah keramahan. Ia tidak hanya ramah pada orang, tapi juga terhadap benda dan keadaan. Dengan sikap persahabatan inilah ia meregang dan menghancurleburkan tembok-tembok yang mengurungnya. Dan dengan menghancurkan tembok itu, ia mengalami penyatuan dengan Kemutlakan. Penyatuan dengan Kemutlakan ini mewujud dalam musik jagad raya, dan ini ia alami pada segala segi;  keindahan  alami, warna bunga-bunga, segala sesuatu yang ia lihat, setiap orang yang ia temui, Pada waktu-waktu ia merenung dan menyendiri, dan pada saat-saat berada di tengah-tengah dunia, selalu ada musik, dan ia selalu menikmati  harmoni  itu.

Tuesday 18 December 2018

Dimensi Mistik Musik dan Bunyi (Hazrat Inayat Khan, Bagian II)


Musik Esoterik
Menurut sudut panang esoterik, musik adalah awal dan akhir alam semesta. Perbuatan dan gerakan yang dibuat di dunia yang kasat dan tak kasat mata, semua bersifat musikal. Jadi, mereka terdiri dari berbagai vibrasi yang menyinggung bidang eksistensi tertentu. Musik disebut sangita dalam bahasa Sansekerta, yang melambangkan tiga subjek; menyanyi, memainkan dan menari. Ketiganya digabungkan dalam setiap tindakan. Sebagai contoh, dalam perbuatan berbicara suara seperti nyanyian, pengucapan kata-kata yang menyerupai permainan musik dan gerak tubuh, juga ekspresi wajah seperti menari.

Musik oriental secara keseluruhan didasarkan pada fondasi filsafat dan ruhaniah. Penemunya adalah Mahadewa, Dewa Para Yogi, dan pelakonnya yang besar adalah Parwati, istri tercintanya. Krisna, penjelmaan dari Dewa, adalah seorang pemusik ahli yang memukau kedua dunia dengan musik dari serulingnya, yang menciptakan tarian Para Yogi. Bharata Muni, orang suci Hindu yang terbesar, adalah penggubah musik pertama. Ahli kebatinan, seperti Narada dan Tumbara, adalah pemusik yang hebat. Di surga Hindu Dewa Indra dihibur oleh nyanyian klasik Gandharva dan tarian Apsara[1]. Dewi musik Saraswati yang juga Dewi Kebijaksanaan, ia adalah pecinta vina. Seluruh sistem agama Hindu dan filsafat didasarkan pada ilmu tentang vibrasi dan disebut Nada Brahma, Dewa Bunyi.

Penyair Syamsi Tabriz, saat menulis tentang penciptaan, mengatakan bahwa seluruh misteri alam raya terletak pada bunyi, fakta ini dinyatakan dalam Al-Qur’an maupun Injil. Vibrasi yang halus melalui penciptaan, akan menjadi semakin tinggi derajatnya, yang membentuk berbagai bidang eksistensi, yang berakhir dalam manifestasi lahiriah. Seperti air, ketika membeku, berubah menjadi salju. Maka aktivitas yang lebih sedikit menghaluskannya, yang menunjukkan bahwa ruh dan materi, dalam pengertian yang lebih tinggi, sama saja. Ruh turun ke materi dengan hukum vibrasi, dan materi juga naik menuju ruh. Para Yogi dan Sufi besar selalu maju melalui bantuan latihan mereka menuju keadaan kesempurnaan yang paling tinggi, dengan penghalusan melalui pengetahuan tentang vibrasi.

Bunyi alat musik kebendaan, atau suara yang dihasilkan oleh organ bunyi manusia, benar-benar hasil dari bunyi lingkungan universal yang hanya bisa didengar oleh mereka yang selaras dengannya. Keadaan ini disebut anahad nad oleh para Yogi, dan para Sufi menyebutnya sauti sarmad.

Pemusik dan pecinta musik, mereka akan menjadi halus dan diarahkan ke dunia bunyi yang lebih tinggi. Sufi kehilangan diri mereka di dalam bunyi dan menyebutnya ektase (kegembiraan yang berlimpah ruah) atau masti. Kekuatan para peramal dan ahli klenik muncul setelah mengalami ekstasi, yakni kondisi di mana pengetahuan tentang keberadaan yang kasat dan tak kasat mata akan terungkap. Siraman kebahagiaan dan kedamaian hanya dirasakan oleh para Yogi dan Sufi yang tertarik dengan seni surgawi musik.

Hampir semua pemusik besar di Timur telah menjadi orang suci yang agung melalui kekuatan musik. Para pemusik yang lebih muda di India, seperti Tansen dan Maula Bakhsh, adalah contoh besar dari figur kesempurnaan ruhaniah melalui musik.




[1]  Yang hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang saja.

Friday 14 December 2018

Dimensi Mistik Musik dan Bunyi (Hazrat Inayat Khan, Bagian I)

Musik
Mengapa seni musik disebut sebagai seni surgawi, sementara seni yang lain tidak disebut begitu? Yang jelas, kita melihat Tuhan dalam semua jenis kesenian dan ilmu pengetahuan. Namun, hanya dalam musik saja kita melihat Tuhan bebas dari segala bentuk pemikiran. Dalam tiap kesenian yang lain terdapat pengidolaan. Setiap pemikiran, setiap kata, memiliki bentuknya. Suara saja, ia tidak terikat oleh bentuk. Setiap kata dalam puisi membentuk sebuah gambar dalam pikiran kita. Suara saja, ia tidak menjadikan objek apapun muncul di depan kita.

Musik, kata yang kita gunakan dalam bahasa kita sehari-hari, tak lebih kecil dari gambaran Sang Kekasih. Karena musik adalah gambaran Sang Kekasih, maka kita mencintainya. Namun pertanyaannya adalah, apakah Kekasih kita itu? Atau, di mana Kekasih kita? Kekasih adalah sesuatu yang menjadi sumber dan tujuan kita. Apa yang kita lihat dari Kekasih di depan mata ragawi kita adalah keindahan yang tidak berujud dalam mata kita adalah bentuk batiniah dari keindahan yang diwahyukan Sang Kekasih kepada kita. Andai kita mau mendengar suara segala keindahan yang menarik bagi kita dalam bentuk apapun, kita akan mengetahui bahwa dalam setiap aspek ia memberitahu kita tentang satu hal: di balik semua manifestasi bersemayam Roh yang sempurna, Roh kebijaksanaan.

Apa yang kita anggap sebagai ekspresi utama kehidupan dalam keindahan yang tampak? Gerakan. Dalam baris, warna, perubahan, naik turunnya gelombang, angin, badai, pokonya dalam segala keindahan alam, terdapat gerakan yang konstan. Gerakan ini telah member kita pemahaman tentang apa yang kita sebut waktu. Yang sebaliknya adalah ketiadaan waktu—karena inilah keabadian. Inilah yang mengajari kita, bahwa segala yang kita cinta, puja, sembah dan pahami, adalah kehidupan yang tersembunyi di balik itu, dan bahwa kehidupan ini adalah keberadaan kita. Karena keterbatasan kita, maka kita tidak bisa melihat seluruh Diri Tuhan. Namun, segala hal yang kita cintai di dalam warna, baris dan bentuk, atau kepribadian –segala yang kita cintai—adalah milik dari Keindahan sejati yang merupakan Kekasih semua makhluk.

Ketka kita menelusuri sesuatu yang menarik bagi kita di dalam keindahan ini, yang kita lihat dalam semua bentuk, kita akan mengetahui, bahwa ini adalah gerakan keindahan; musik. Segala bentuk sifat, bunga-bunga yang dibentuk dan diwarnai begitu sempurna, planet, bintang, bumi, semuanya memberikan gagasan tentang keselarasan, tentang musik. Seluruh alam bernapas. Bukan hanya makhluk hidup, tapi segala isi alam. Tendensi kita adalah membandingkan sesuatu yang tampak lebih hidup dengan hal lain yang tampak tidak begitu hidup. Ini membuat kita lupa, bahwa segala benda dan makhluk menjalani kehidupan yang sempurna. Dan tanda dari kehidupan yang diberikan oleh keindahan yang hidup ini adalah musik

Apa yang membentuk jiwa dari tarian puisi? Musik. Apa yang menjadikan sang pelukis mengguratkan gambar yang indah, pemusik menyanyikan lagu-lagu indah? Ilham, sesuatu yang diberikan oleh keindahan. Sufi menyebut keindahan sebagai Saqi, sang Pemberi surgawi, yang member anggur kehidupan bagi semua makhluk. Apakah anggur Sufi itu? Segala keindahan: dalam bentuk garis dan warna, imajinasi, rasa juga tata cara –dalam semua ini Sufi melihat suatu keindahan. Semua bentuk yang beragam ini adalah bagian dari Roh keindahan yang meninggalkan kehidupan, yang selalu menjadi berkah.

Tentang apa yang kita sebut musik dalam bahasa sehari-hari, bagi saya, arsitektur adalah musik, taman adalah musik, pertanian adalah musik, lukisan adalah musik, puisi adalah musik. Dan semua kesibukan hidup di mana keindahan adalah inspirasi, dimana anggur surgawi telah dituangkan, terdapat musik. Namun di antara beragam kesenian, kesenian musik, terutama, dianggap surgawi. Karena, ia adalah miniatur yang pasti dan hukum yang bekerja melalui seluruh alam semesta.

Sebagai contoh, bila kita meneliti diri sendiri, kita harus menemukan bahwa denyut nadi dan jantung, hembusan dan hirupan napas, semuanya adalah pekerjaan ritmis. Kehidupan bergantung pada kerja ritmis dari seluruh mekanisme kehidupan. Napas terwujud dalam suara, kata dan bunyi. Suara terus menerus bisa didengar, suara lahiriah dan suara batiniah. Itulah musik. Ini menunjukkan bahwa ada musik di luar dan di dalam diri kita.

Musik tak hanya mengilhami jiwa pemusik besar. Setiap bayi, segera setelah ia dilahirkan ke dunia, mulai menggerakkan lengan dan kaki kecilnya dengan ritme musik. Karena itu, tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa musik adalah bahasa keindahan, bahasa dari Sesuatu yang dicintai oleh setiap jiwa yang hidup. Dan kita bisa mengerti bahwa, bila kita menyadari dan mengakui kesempurnaan semua keindahan ini sebagai Tuhan, Kekasih kita, maka wajar bila musik ini, yang kita lihat dalam kesenian dan dalam seluruh alam semesta, harus disebut sebagai Kesenian Tuhan.

Banyak orang di dunia yang menganggap musik sebagai sumber kesenangan, sebuah masa lalu; bagi banyak orang musik adalah sebuah kesenian, dan seorang pemusik adalah penghibur. Namun tidak ada seorangpun yang hidup di dunia ini, yang berpikir dan merasa, yang tidak menganggap musik sebagai sesuatu yang paling sakral dari segala bentuk kesenian. Karena, faktanya adalah, bahwa sesuatu yang tidak bisa dinyatakan oleh seni lukis, akan dijelaskan oleh penyair melalui kata-kata. Namun bila seorang penyair mengalami kesulitan menyatakannya dalam bentuk puisi, maka akan diekspresikan lewat musik.

Dengan ini saya tidak hanya bermaksud mengatakan bahwa musik lebih unggul disbanding seni lukis dan puisi: dalam kenyataannya musik melampaui agama, karena musik memunculkan jiwa manusia bahkan lebih tinggi dibandingkan apa yang disebut ‘bentuk eksternal agama.’ Namun tidak boleh kemudian dipahami bahwa musik bisa menggantikan tempat agama, karena setiap jiwa tidak selalu terpancing pada titian nada tertentu, dimana ia benar-benar bisa mendapatkan manfaat dari musik. Setiap musik juga tidak selalu punya pengaruh setinggi itu, sehingga ia bisa merengkuh seseorang yang mendengarnya lebih dari agama. Namun, bagi mereka yang mengikuti jalur kultus batiniah, musik adalah  paling penting untuk perkembangan spiritual. Alasannya adalah, bahwa jiwa yang mengejar kebenaran itu, mencari Tuhan yang tak berbentuk. Kesenian[1], jelas merupakan sesuatu yang luhur. Tetapi ia memiliki bentuk; puisi memiliki, kata-kata, nama-nama, yang semuanya menunjukkan bentuk; hanya musik yang memiliki keindahan, kekuatan, daya tarik dan sekaligus bisa memunculkan jiwa tanpa bentuk.

Karena alasan inilah, pada masa-masa kuno, para nabi besar adalah pemusik yang hebat. Sebagai contoh, dalam kehidupan nabi Hindu, ada tokoh Narada, nabi besar yang sekaligus pemusik hebat. Juga Siwa, seorang nabi mirip dewa yang merupakan penemu vina yang keramat. Krisna selalu digambarkan dengan sebuah seruling. Ada sebuah legenda terkenal tentang kehidupan Musa, yang mengisahkan bagaimana ia mendengar perintah Tuhan di Gunung Sinai dengan kata-kata: ‘Musa ke!’ –Musa mendengar, atau, Musa merenungkan—dan wahyu yang diturunkan kepadanya adalah nada dan irama. Ia menyebutnya dengan nama yang sama: musake. Kata-kata seperti ‘music’ atau ‘musik’ muncul dari kata itu.**

Daud, yang lagu dan suaranya dikenal selama berabad-abad, memberikan pesannya kepada dunia dalam bentuk musik. Orpheus dalam legenda Yunani, yang menyingkap misteri dari nada dan ritme, telah melalui kekuatan pengetahuan terhadap kekuatan alam yang tersembunyi. Dewi Pembelajaran atau Dewi pengetahuan dalam Hindu, yang namanya adalah Saraswati, selalu digambarkan dengan vina. Apakah yang hendak disampaikan? Ini menyatakan bahwa semua pembelajaran memiliki intisarinya dalam musik.

Di samping daya tarik alami, musik memiliki daya magis, suatu kekuatan yang bisa dialami bahkan hingga sekarang. Tampaknya ras manusia telah kehilangan banyak sekali ilmu sihir zaman purba. Namun kalaupun masih ada ilmu sihir, maka itulah musik.

Musik, disamping merupakan kekuatan, juga sesuatu yang memabukkan. Ketika ia membuat mabuk kepayang orang-orang yang mendengarnya. Beberapa banyak lagi kadar yang ia suntikkan pada mereka yang memainkan atau menyanyikannya! Dan beberapa banyak lagi yang disebarkan pada mereka yang menyentuh kesempurnaan musik, dan mereka yang telah merenungkannya selama bertahun-tahun! Musik member mereka kesenangan dan kemuliaan yang lebih besar daripada yang dirasakan oleh raja saat duduk di atas singgasananya.

Menurut para pemikir Timur, terdapat empat perkara yang memabukkan. Pertama, mabuk kecantikan, masa muda dan kekuatan. Kedua, mabuk kekayaan. Ketiga, mabuk kewenangan, perintah, kekuatan untuk memerintah dan menguasai. Dan yang keempat adalah mabuk belajar, mabuk ilmu pengetahuan. Namun, keempat hal yang memabukkan ini musnah seperti bintang di hadapan matahari karena adanya mabuk musik. Alasannya, karena musik menyentuh bagian terdalam dari diri manusia. Musik mencapai lebih jauh dari kesan lain yang bisa digapai oleh dunia luar. Keindahan musik adalah, bahwa ia adalah sumber ciptaan sekaligus sarana untuk menyerapnya. Dengan kata lain, dengan musik dunia diciptakan dan, lagi-lagi, melalui musik pula dunia ditarik ke dalam sumber yang telah menciptakannya.

Untuk mendukung hal ini, anda bisa membaca dalam Injil, bahwa pertama adalah kata, dan kata adalah Tuhan. Kata bermakna suara, dan dari suara Anda bisa mengerti gagasan tentang musik. Ada sebuah legenda Timur yang sudah berusia ratusan tahun, bahwa ketika Tuhan memerintahkan malaikat untuk bernyanyi, dan ketika para malaikat bernyanyi, masuklah ruh itu ke dalam tubuh manusia, karena dimabukkan oleh lagu para malaikat itu.

Dalam dunia ilmiah dan kebendaan, kita juga lemihat contoh seperti itu. Sebelum sebuah mesin –suatu mekanisme—mau hidup, terlebih dahulu ia membuat kebisingan. Pertama-tama ia terdengar, kemudian ia menunjukkan kehidupannya. Kita bisa melihatnya pada sebuah kapal, pesawat, mobil. Gagasan ini adalah bagian dari mistisisme bunyi.

Sebelum seorang bayi mau mengenal warna atau bentuk, ia menikmati bunyi. Bila ada bentuk kesenian yang bisa mengisi masa muda Anda dengan kehidupan dan antusiasme, emosi dan gairah, itulah musik. Bila ada kesenian dimana seorang manusia bisa sepenuhnya mengekspresikan perasaannya, emosinya, musiklah yang paling cocok. Pada saat yang sama, musik adalah sesuatu yang member manusia kekuatan dan tenaga untuk melakukan aktivitas, yang menjadikan serdadu berbaris mengikuti hentakan drum dan suara terompet.

Dalam tradisi masa lalu, konon Kiamat (akhir dunia) ditandai dengan bunyi terompet. Ini menunjukkan bahwa musik dikaitkan dengan awal penciptaan, dengan kesinambungannya dan dengan akhirnya. Para ahli kebatinan dari berbagai zaman, mereka paling mencintai musik. Di hampir semua kalangan kultus kebatinan, di bagian dunia manapun mereka berada, musik seolah menjadi pusat kultus atau upacara ritual mereka. Mereka yang mencapai kedamaian sempurna yang disebut nirvana, atau dalam bahasa Hindu: Samadhi, lebih mudah lagi melalui musik. Karena itulah, para Sufi, terutama mereka dari aliran Chishti zaman kuno, menganggap musik sebagai sumber meditasi, dengan cara itu mereka mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan mereka yang bermeditasi tanpa bantuan musik.

Efek yang mereka alami adalah terbukanya jiwa, pintu kemampuan naluriah. Hati mereka terbuka bagi sebuah keindahan yang ada di dalam dan di luar, menyemangati mereka dan sekaligus membawa kesempurnaan yang dirindukan oleh setiap jiwa.

Berbicara tentang harmoni musik, saya harus mengatakan bahwa ia sebenarnya berasal dari harmoni jiwa. Musik sendiri, yang bisa disebut nyata adalah jika ia berasal dari harmoni jiwa, sumber sejatinya. Ketika ia muncul dari sana, maka segala jiwa pasti tertarik padanya.

Setiap jiwa berbeda pilihan hidupnya, pilihan jalan yang harus diikutinya. Ini karena perbedaan. Karena itu, sarana apapun yang dipilih untuk menyatukan berbagai pemikiran manusia yang berbeda, tidak mungkin ada yang lebih baik untuk menyelaraskannya daripada musik. Tidaklah berlebihan bila saya katakana, bahwa musik saja yang bisa menjadi sarana penyatuan jiwa berbagai ras, bangsa dan suku, yang sekarang ini terpecah-belah. Pelajaran musik dalam kehidupan adalah pelajaran yang hebat. Musik tidak diekspresikan melalui bahasa, namun melalui keindahan ritme dan nada yang jauh melampaui bahasa. Semakin sadar pemusik tentang misi hidupnya, semakin besar pengabdian yang bisa ia lakukan bagi perikemanusiaan.

Seperti halnya hukum musik yang ada di berbagai bangsa, begitupun, tentu saja, metode-metodenya. Namun dalam konsepsi keindahan tidak ada perbedaan. Perbedaan muncul ketika musik dibuat oleh manusia. Tidak ada perbedaan dalam musik buatan jiwa. Misalkan seseorang datang dari jauh Timur, Utara, Selatan atau Barat yang paling ujung; kemana pun mereka melihat keindahan alam, ia tidak bisa menahan diri untuk mengakui dan mencintainya. Begitulah pecinta musik. Dari Negara manapun asalnya, dan musik apapun yang ia dengar, bila musik memilih ruh itu di dalam musik, ia akan menghargai dan memuja semua jenis musik.

Terlebih lagi, musik memiliki misi bukan hanya terhadap khalayak ramai, namun terhadap individu. Dan misinya terhadap individu sama penting dan sama berartinya dengan misinya terhadap khalayak ramai. Semua kesulitan di dunia dan segala akibat yang mengerikan muncul dari situ –semuanya muncul dari rendahnya harmoni. Ini menunjukkan bahwa dunia dewasa ini memerlukan keselarasan lebih dari sebelumnya. Jadi bila pemusik memahami hal ini, pelanggannya adalah seluruh dunia.

Ketika seseorang belajar musik, ia tidak perlu selalu belajar menjadi seorang pemusik, atau menjadi suatu sumber kesenangan dan kegembiraan bagi kawan-kawannya. Tidak! Dengan memainkan, mencintai dan mendengarkan musik, ia harus mengembangkan musik di dalam kepribadiannya. Penggunaan musik yang sebenarnya adalah dengan menjadi musikal dalam berpikir, berkata dan berbuat. Seseorang harus mampu memberikan harmoni yang dirindukan oleh jiwa, setiap saat. Segala tragedi di dunia, dalam individu atau orang banyak, berasal dari kurangnya harmoni, dan harmoni paling baik diberikan dengan menghasilkannya dalam kehidupan itu sendiri.

Ada beragam jenis musik, di mana masing-masing memiliki daya tarik terhadap jiwa- jiwa terentu berdasarkan evolusinya. Sebagai contoh, anak-anak di jalan sangat senang ketika mengetuk tempo, karena iramanya memiliki efek tertentu pada mereka. Namun ketika seseorang tumbuh semakin dewasa, ia akan merindukan sebuah harmoni yang lebih halus. Alasan dari mengapa orang saling menyukai atau saling membenci adalah, karena perbedaan evolusi mereka. Sebagai contoh, seseorang berada pada suatu tahap dimana ia menghargai sejenis musik tertentu, sementara yang lain, yang evolusinya lebih besar, menyukai musik yang cocok dengan evolusinya.

Begitu pula halnya dengan agama. Beberapa orang keyakinan tertentu tidak ingin berkembang legih luas. Jadi ada kemungkinan bahwa pecinta musik berusaha untuk mempertahankan jenis musik tertentu dan tidak akan melangkah lebih jauh. Jalan yang benar untuk maju melalui musik adalah dengan berkembang secara bebas, maju tidak peduli apa yang dipikirkan orang lain. Dan cara-cara itu, bersama dengan perkembangan seseorang dalam musik, bisa berguna bagi penyelarasan kehidupan dan jiwa seseorang, lingkungan dan berbagai macam urusannya.

Selama perjalanan ke berbagai penjuru dunia, saya banyak mendengar musik dari bermacam tempat, dan saya selalu merasa bahwa hubungan yang intim dan persaudaraan terdapat dalam musik; saya selalu memberikan penghargaan yang besar terhadap musik dan pengabdi musik. Ada satu hal yang saya percaya dan yakini dari masa ke masa di India, ketika bertemu dengan mereka yang mencapai kesempurnaan tetentu dalam musik, bahwa seseorang bisa merasakan harmoni yang menjadi ujian kesempurnaan yang sebenarnya bukan hanya dalam musik mereka, namun dalam kehidupan mereka.
Bila prinsip musik ini diikuti, tidak diperlukan lagi agama eksternal. Suatu hari musik akan menjadi sarana mengekspresikan agama universal. Waktu diperlukan untuk itu, namun akan muncul suatu hari ketika musik dan filsafatnya akan menjadi agama manusia.


[1] Hazrat Inayat Khan sering menggunakan “seni” dalam konteks terbatas yaitu lukisan, gambar dan patung.
** Kisah ini, bagian dari tradisi kerakyatan India, tidak boleh dipahami sebagai penjelasan etimologis. Bagi Hazrat Inayat Khan bahasa adalah bentuk musik, dan yang menarik baginya adalah menemukan musik yang tersembunyi di dalam kata-kata.
   

Tuesday 6 November 2012

Sejarah Singkat Kota Manado

Nama Kota Manado menurut tutur legenda yang diceritakan berasal dari bahasa Etnik Toutemboan Minahasa yaitu "Manarow” yang artinya "Pergi ke Negeri Jauh". Dalam versi Bahasa Sangir Tua disebut Mararau; Marau yang artinya Jauh. Selanjutnya nama Manado dahulu kala dihubungkan dengan nama lokasi Wenang atau lengkapnya Wanua Wenang yang menurut legenda didirikan oleh seorang tokoh dari Walak Ares bernama Dotu Lolonglasut. 

Kata Wenang diambil dari nama sejenis kayu, yakni Macaranga Hispida yang banyak tumbuh pada masa itu. Kayu sejenis ini kulitnya sangat berguna sebagai bahan penyamak jala nelayan agar tidak lekas lapuk oleh air laut. Dan Kata “Manarow” itu sendiri merujuk pada sebuah Pulau yaitu Pulau Manado Tua, dimana penghuni Pulau Manado Tua ini adalah Orang-orang dari Etnis Sangir Tua yaitu Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu. Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu itu berasal dari bahasa Sangir Tua yaitu “Bowong artinya Atas dan Kehu artinya Hutan. jadi Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu adalah sebuah Kerajaan yg terletak diatas Hutan yg Rajanya disebut Kulano. Kemudian pada sekitaran abad 14-15, kaum Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu itu melakukan perpindahan ke daratan tanah Minahasa. Perpindahan dilakukan dengan menggunakan perahu (Bininta), melalui tempat yg bernama "Tumumpa di Tuminting Manado Utara" dlm bahasa Sangir yg artinya "Turun sambil melompat, kemudian menetap di Singkil berasal dari bahasa Sangir Tua disebut "Singkile artinya pindah/menyingkir." Mereka menyebar sampai ke Pondol yg dalam bahasa Sangir disebut Pondole artinya di Ujung. (Pondol sekarang berada dikawasan Mega Mall Manado). 

Tuturan versi lainnya juga mengatakan bahwa pada sekitar tahun 1600 Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu, mereka beralih ke daratan Minahasa diteluk Manado, disebelah Selatan Sungai Tondano kira-kira di Wilayah Calaca sekarang., dan Penghunian pertama ini merupakan inti kota Manado sekarang dan menjadi Negeri Baru sebab pada waktu itu Kota Manado tidak identik dgn Wenang, akan tetapi Negeri Manado sampai kira-kira Tahun 1830 hanya merupakan sebagian dari Calaca Barat dan wilayah Pelabuhan Manado dan sebelah Utara dari Pasar 45 sekarang. Oleh sebab itu diseputaran wilayah Calaca, Pelabuhan dan Pasar 45 dari dulu disebut “Bendar” atau “Bandar” atau “Pelabuhan” yaitu tempat Orang-orang dari Minahasa dan Sangir Tua, dan juga para pendatang lainnya seperti Etnis Tionghoa, Arab, Gorontalo dan Bolmong melakukan Barter Dagang.

Mengingat eratnya penamaan lokasi diatas dengan urusan perdagangan, maka dapatlah dikatakan bahwa nama Manado mulai dikenal dunia luar sejalan dengan ramainya kegiatan perdagangan dimasa itu. Bersamaan dengan itu pula masuklah pengaruh bahasa Melayu yang dibawah oleh pedagang nusantara. Bahasa itu sering digunakan dan disebut bahasa Melayu Pasar yang sekarang ini telah berkembang menjadi bahasa Melayu Manado. Deklarasi di Watu Pinabetengan menandai awal pembagian Tanah Adat bagi Etnis-etnis Minahasa tersebut dimana Etnis Tounsea, Toumbulu, Tountemboan, Toulour, Tounsawang, Pasan,Panosakan mendiami Daratan Minahasa, Etnis Bantik mendiami wilayah pesisir Kota Manado dan Etnis Wowontehu/ Bowontehu/ Bobentehu mendiami Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, Pulau Bunaken, Pulau Mantehage, Pulau Nain, Pulau Talise, Pulau Gangga, Pulau Bangka dan Pulau Lembeh serta daerah pesisir Daratan Minahasa lainnya. 

Tahun 1658, VOC membuat sebuah benteng di Manado. Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830. Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859 dan memuji keindahan kota ini. Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951,Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesitanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. 

Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan, dan tahun 1623yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Dan sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado. Kota ini juga pernah mengalami kerusakan berat karena peperangan yaitu ketika pada masa Perang Dunia II, dan ketika dibom kembali oleh TNI Angkatan Udara pada 1958 dalam upaya mengalahkan Permesta, sebuah gerakan pemberontakan yang menghendaki pemisahan dari Republik Indonesia.

Wednesday 2 June 2010

Musik Zaman Barok (1600-1750)

Barok (Baroque) yang berarti aneh, sangat penuh dengan hiasan, rumit, berbelit-belit, berlebihan serta memenuhi tempat dan wadah, baik dengan tindakan, gerakan, bunyi, hiasan dan warna. Zaman Barok menandai akhir dari zaman Renaissance dan masuk kedalam zaman yang lebih bersifat feodal dan aristokratis. Zaman ini dimulai tahun 1600 dan diakhiri dengan tahun 1750 dengan wafatnya Johann Sebatian Bach, seorang komponis kenamaan zaman Barok (1685-1750).
Manusia dalam zaman Barok tidak hanya sekedar melihat kemanusiaannya serta keberadaanya secara seutuhnya sebagaimana dalam zaman Renaissance dengan humanism nya, manusia dalam zaman barok mulai memeprhatikan perasaan dan imaginasi (affectus dan fantasi), manusia dalam zaman barok tidak segan-segan untuk menggali kemanusiaan dan jiwa seni bahkan sampai memperluas realitas hidup. Oleh karena itu sifat kesenian dalam zaman ini seakan akan menampilkan sebuah ilusi total yang melebihi dari realita sesungguhnya (contoh altar gereja yang dihias sedemikan rupa rumitnya sehingga menyerupai surga yang terbuka, melebihi fungsi fungsionalnya sebagai meja/mezbah sederhana).
Masyarakat dalam zaman masih mempertahankan sistem feodalisme dengan strata sosial terurut demikan: Raja, Bangsawan, Rohaniwan (intelektual), penduduk kota (pedagang) dan petani. Kebanyakan karya seni baik seni rupa, seni lukis dan terutama juga seni musik menjadi kegemaran serta bagian kehidupan sosial bagi masyarakat barok khususnya Raja, Bangsawan dan Rohaniwan, sehingga banyak karya-karya seni terkenal meupakan persembahan dan pesanan bagi ketiga golongan utama dalam maysrakat barok. Kebanyakan Raja dan Bangsawan memerintah secara absolute. Selain aristokrat, gereja banyak menggunakan seni barok untuk membuat ibadat lebih atratktif, berkesan dan
surgawi. Bangsa eropa saat ini dibagi menjadi dua golongan: Umat Katolik dan Umat Protestan. Seniman-seniman yang terkenal pada zaman ini seperti: Rembrandt, Rubens dan Bernini.

Dalam seni musik, gaya barok berkembang dengan pesatnya tahun 1600-1750, dengan dua raksasa musik yang terkenal G.F. Handel dan Johann Sebastian Bach, musisi yang terkenal lainnya seperti Claudio Monteverdi, Henry Purcell, Arcangelo Corelli dan Antonio Vivaldi, walaupun terkenal di zamannya, tetapi tidak seterkenal lintas zaman seperti Bach dan Handel. Musik Barok dapat dibagi menjadi 3 bagian;
1. Musik Barok Awal (1580-1630)
2. Musik Barok Pertengahan (1630-1680)
3. Musik Barok Akhir (1680-1750)

Pada masa Barok awal kebanyakan komponis menyukai karakteristik homophonic dibandingkan dengan karakter poliphonik Renaissance, kebanyakan music hanya menggunakan satu melodi diiringi dengan iringan chord (Aria dan Recitative). Pada masa pertengahan musik barok bentuk musik baru mulai menjalar di eropa, tangga nada mayor dan minor menjadi dasar komposisi, dalam zaman ini mulai banyak komponis yang menggubah karya musik instrumentalia (tanpa vokal), banyak komposisi bagi instrumen tertentu, paling banyak adalah gubahan untuk biola, dalam periode ini. Diakhir zaman barok, poliphoni yang jauh lebih rumit menjadi kebanyakan pilihan para komponis, musik instrumen menjadi sama pentingnya dengan musik untuk vokal, kebanyakan musik barok yang diketemukan saat ini adalah, musik barok dari zaman akhir barok (1680-1750).

Karakteristik Musik Barok
Kesatuan Ekspresi Sebuah karya musik barok biasanya menyatakan satu ekspresi dasar, apabila sebuah karya diawali dengan ekspresi emosi yang gembira maka ekspresi musik ini akan tetap sampai akhir karya musik tersebut. Hal ini terutama dapat diketemukan dalam karya musik vokal. Perubahan ekspresi biasanya diikuti dengan perubahan musiknya juga (musik diakhiri dan dimulai lagi dengan ekspresi yang berbeda).

Ritme
Dalam musik Barok, ekspresi yang tetap biasanya disampaikan dengan pola ritme yang terus berlanjut dan cenderung diulang ulang. Ritme dan irama lebih ditekankan dibanding dalam musik renaissance. Melodi Melodi Barok cenderung menciptakan perasaan yang berkelanjutan, melodi tema akan diulang terus menerus dalam sebuah karya musik barok walaupun dalam bentuk yang bervariasi karakter melodi tema lagu tidaklah berubah banyak.

Dinamika
Dalam Musik Barok dinamika tidaklah berubah secara tiba tiba tetapi bertahap, tetapi walaupun demikian para penyanyi dan pemain instrumen dalam praktiknya kerap membuat perubahan yang cukup nyata guna mengekspresikan emosi dalam sebuah karya musik

Textur/Pola
Dalam masa akhir musik Barok, kebanyakan berupa musik musik Poliphony didalam pola musiknya. Pola poliphony yang terdapat dalam musik barok berbeda dengan textur poliphony dalam musik renaissance. Dalam musik barok terdapat satu atau dua melodi tema yang berkejar kejaran atau saling berdialog dengan satu sama lainnya, dalam hal ini biasanya bagian treble (sopran) berdialog dengan bagian bass, dan melodi utama keduanya diulang ulang, ini menjadi pola dasar poliphony yang digemari.

Barok biasa disebut dengan istilah Musik Kamar (Chamber Orchestra). Dalam sebuah orkes kamar biasa dibagi menjadi dua bagian pemusik: group besar dan group kecil. Paduan musik semacam ini biasa disebut dengan Concerto Grosso. Concerto Grosso adalah sebuah group kecil pemusik yang berperan sebagai Solis – bermain/berdialog musik dengan group besar pemusik yang
disebut Tutti (Bahasa Italia: Semua) dalam satu orkes kamar. Dialog antara Solis dan Tutti biasanya adalah dialog antara dua melodi tema yang dimainkan secara bergantian oleh kedua belah pihak
pemusik, tehnik permaian seperti ini dinamakan Bentuk Ritornello.

Fuga
Fuga adalah sebuah komposisi poliphony yang berdasarkan sebua tema melodi utama yang disebut sebagai Subyek. Dan dalam sebuah Fuga: Subyek akan diimitasikan oleh melodi-melodi lain (imitasi dari Subyek). Melodi-melodi lain ini disebut dengan Suara (Voices).

Opera
Walaupun dimulai pada zaman Renaissance, tetapi berkembang dengan pesatnya pada zaman barok. Opera dalam zaman barok adalah Drama yang dinyanyikan dengan iringan orkes. Sebuah opera dalam zaman ini merupakan kolaborasi antara dramawan dan komponis, dramawan opera disebut dengan istilah Librettist. Seorang Librettist akan membuat teks drama sesuai dengan musik yang digubah oleh komponis.

Sonata
Sonata adalah sebuah gubahan musik yang terdiri dari dua atau tiga bagian, masing masing dengan karakter dan tema yang berbeda. Komposisi ini untuk satu sampai delapan instrumen alat musik. Trio Sonata adalah sebuah sonata untuk tiga melodi: dua melodi tinggi (treble) dan satu basso continuo (bass). Treble bisa berupa biola, flute, oboe dll. dan basso continuo: cello atau viola di gamba (cello zaman barok) dengan harpsichord. Jadi trio sonata biasa di mainkan oleh empat alat musik.

Suita
Sebuah komposisi besar yang terdiri dari beberapa lagu dengan irama irama tertentu, lagu –lagu yang dipakai adalah lagu-lagu dansa yang mempunyai asal dari negara-negara yang berbeda-beda. Sebuah komposisi suita bisa digubah untuk sebuah orkes kamar, atau juga bisa digubah untuk satu alat musik. Contoh sebuah suita dengan lagu-lagu (dansa).

Cantata
Cantata merupakan sebuah karya yang dinyanyikan, (selalu menggunakan vokal), dan biasanya sebuah kantata adalah sebuah karya musik gerejawi. Sebuah cantata biasanya dinyanyikan dalam
ibadat gereja reformasi (Protestant). Sebuah cantata dalam zaman barok biasanya berdasarkan ayat-ayat dari Kitab Suci dan himne-himne jemaat. Sebuah cantata biasanya digubah untuk sebuah paduan suara, solis vokal , organ pipa dan orkes kamar.

Komponis-Komponis Zaman Barok:
1. Johann Sebastian Bach
2. George F. Handel
3. Henry Purcell
4. Antonio Vivaldi
5. Giovani Baptista Pergolesi
6. Jean P. Remeau
7. Johann G. Walther
8. Arcangelo Corelli
9. Claudio Monteverdi.