Kalau saya memilih judul ini, tidak berarti saya mendukung takhayul atau ide-ide lain yang mungkin menarik orang ke dalam hal-hal gaib. Melalui topik ini, saya berharap akan mengarahkan perhatian mereka yang mencari kebenaran, menuju hukum musik yang bekerja di seluruh alam semesta secara keseluruhan, atau, dengan kata lain, hukum kehidupan, rasa keseimbangan, hukum keselarasan, hukum yang menjalankan keseimbangan, hukum yang tersembunyi di balik segala aspek kehidupan, yang menjadikan alam raya ini sempurna dan membangun takdirnya melalui seluruh alam semesta, memenuhi tujuan-tujuannya.
Musik seperti yang kita kenal dalam bahasa
sehari-hari hanyalah sebuah miniatur: bahwa kecerdasan kita telah memahami
musik atau harmoni itu dari seluruh alam semesta yang bekerja di belakang kita.
Musik alam semesta adalah latar belakang gambaran kecil yang kita sebut musik.
Pengertian kita tentang musik, ketertarikan kita pada musik, menunjukkan bahwa
musik berada pada kedalaman eksistensi kita. Musik dibalik karya seluruh alam
semesta. Musik bukan hanya objek terbesar kehidupan, namun juga kehidupan itu
sendiri.
Hafiz, penyair Persia yang besar dan
mengagumkan, berkata, “Banyak orang mengatakan bahwa kehidupan memasuki tubuh
manusia dengan bantuan musik, namun kebenarannya adalah bahwa kehidupan itu
sendiri adalah musik.” Saya perlu mengatakan pada Anda, apayang membuatnya
berkata begitu. Di Timur ada sebuah legenda yang menceritakan bahwa Tuhan
membuat patung dari tanah citra-Nya sendiri, dan meminta ruh masuk ke dalamnya.
Namun sang ruh menolak masuk, karena sifatnya adalah terbang bebas ke
mana-mana, dan tidak dibatasi dan dibelenggu ke kurungan tertentu. Ruh tidak
ingin masuk ke dalam penjara seperti itu. Kemudian Tuhan meminta para malaikat
memainkan musik mereka, dan ketika para malaikat memainkannya, ruh mencapai
ekstase. Melalui ekstasi itulah –dalam rangka memperjelas musik bagi dirinya
sendiri—ruh memasuki tubuh itu.
Ini adalah sebuah legenda yang indah, dan
terlebih lagi meisterinya. Interpetasi dari legenda ini menjelaskan pada kita
tentang dua hukum besar. Salah satunya adalah bahwa kebebasan adalah sifat dari
ruh atau jiwa, dan baginya, seluruh tragedi kehidupan adalah tidak adanya
kebebasan yang menjadi bagian dari sifatnya yang asli. Misteri berikutnya yang
dikisahkan oleh legenda ini adalah, bahwa satu-satunya alasan mengapa jiwa
masuk dalam tubuh tanah atau materi, adalah untuk menikmati musik kehidupan,
dan untuk menjadikan musik ini jelas bagi musik itu sendiri. Dan ketika kita
merangkum dua misteri besar ini, misteri yang ketiga, yang merupakan misteri
dari segala misteri, sampailah kita pada pemikiran: bahwa bagian tak terbatas
dari diri kita sendiri menjadi terbatas dan bersifat duniawi oleh
tujuan-tujuan, sehingga hidup ini, yang merupakan kehidupan ke luar, menjadi
lebih jernih. Karena itu ada sebuah kehilangan dan sebuah perolehan. Kehilangan
adalah hilangnya kebebasan dan perolehan adalah pengalaman hidup yang
sepenuhnya diperoleh dengan sampai pada keterbatasan hidup yang kita sebut
kehidupan seorang individu.
Apa yang membuat kita merasa terseret ke dalam
musik adalah, bahwa seluruh diri kita adalah musik: pikiran kita, raga kita,
alam yang kita tempati, alam yang menjadikan kita, semua yang ada di bawah dan
di sekeliling kita—semuanya musik. Saat kita dekat dengan semua musik ini dan
hidup, bergerak serta memiliki eksistensi di dalamnya, ia akan menarik kita. Ia
menarik perhatian kita dan memberi kita kesenangan, karena ia terhubung dengan
irama dan nada yang menjaga mekanisme seluruh eksistensi kita agar tetap utuh.
Apa yang menyenangkan kita dalam segala kesenian, baik seni gambar, lukis,
pahat, arsitektur atau patung, dan apa yang menarik kita dalam puisi, adalah
harmoni di balik itu semua, yaitu musik. Musiklah yang disampaikan oleh puisi
pada kita: ritme dalam puisi, atau harmoni dari gagasan dan frase.
Di samping itu, dalam lukisan gambar, ada rasa
keseimbangan dan keselarasan yang member segala kesenangan yang kita gapai
dalam memuja seni. Yang menarik kira untuk berdekatan dengan alam adalah musik
alam, dan musik alam lebih sempurna dari musik kesenian. Ia memberi kita rasa
kemuliaan untuk bertualang di hutan, menatap hijaunya tumbuhan, berdiri di
dekat air mengalir yang memiliki ritme nada dan harmoninya, ayunan
ranting-ranting pohon di hutan, naik turunnya gelombang –semuanya memiliki
musik. Ketika kita mengheningkan cipta dan menjadi satu dengan alam, hati jadi
terbuka pada musiknya. Kita mengatakan, “Aku menikmati alam,” dan apakah yang
kita nikmati di alam? Musiknya. Sesuatu dalam diri kita telah tersentuh oleh
gerak ritmis, oleh harmoni kesempurnaan yang amat jarang ditemukan dalam
kehidupan artifisial sehari-hari. Harmoni yang menjadikannya merasa bahwa
inilah kuil sesungguhnya, agama sejati. Ketika seseorang berada di
tengah-tengah alam dengan hati terbuka, itu adalah suatu masa hidup yang utuh,
suatu masa ketika ia mengalami keselarasan dengan alam.
Ketika orang melihat kosmos, gerakan bintang
dan planet hukum vibrasi dan ritme –semuanya sempurna dan tidak berubah, semua
itu menunjukkan bahwa sistem kosmis bekerja dengan hukum musik, hukum harmoni.
Kapanpun harmoni dalam sistem kosmis itu memanggil, maka sebagai imbagannya
bencanapun muncul di muka bumi, dan pengaruhnya terlihat di berbagai kekuatan
perusak yang muncul di dunia. Bila ada prinsip yang menjadi dasar hukum
astrologi –dan ilmu kebatinan di baliknya, maka itulah musik.
Karena itu, bagi jiwa-jiwa yang paling terang,
yang pernah hidup di dunia ini, seperti juga para nabi terbesar di India,
seluruh kehidupan mereka adalah musik. Dari musik miniatur yang kita pahami,
mereka membentangkan dirinya pada keutuhan musik sebagai alam semesta, dan
dengan itu mereka mampu memberi inspirasi. Orang yang menemukan kunci menuju musik
segenap karya kehidupan –dialah yang akan menjadi intuitif; ialah yang memiliki
inspirasi; ialah yang menjadi wujud sebagai wahyu, karena kemudian bahasanya
menjadi musik. Setiap objek yang kita lihat berwahyu. Berupa apa? Ia mengatakan
pada kita watak, sifat dan rahasianya. Setiap orang yang datang pada kita
menceritakan masa lalu, masa kini dan masa depannya. Bagaimana caranya? Dalam
bentuk musik –hanya jika kita bisa mendengarnya. Tidak ada bahasa yang lain:
ritmenya, nadanya. Kita mendengarnya, tapi kita tidak mendengarnya dengan
telinga kita. Seorang yang ramah akan menunjukkan harmoni dalam suara,
kata-kata, gerakan dan perilakunya. Seorang tidak ramah, dalam segala tingkah
lakunya, raut muka dan kesan sekilasnya, cara berjalannya, dalam segala hal,
akan menunjukkan disharmoni –hanya jika orang bisa melihatnya. Saya bisa
menghibur diri di India dengan seorang teman yang mudah sekali jengkel.
Kadangkala ketika ia mengunjungi saya, saya mengatakan, “Kamu sedang jengkel
hari ini?” Ia bertanya, “Sekarang bagaimana kamu tahu kalau aku jengkel hari
ini? “Surbanmu mengatakan padaku. Caramu mengikat surban tidak menunjukkan
harmoni,” jawab saya.
Setiap tindakan seseorang menunjukkan sikap yang
harmonis atau sebaliknya. Ada banyak hal yang bisa Anda rasakan dalam tulisan
tangan, tapi hal yang pokok dalam membaca tulisan
tangan adalah lengkungan harmonis atau
tidak harmonis. Ia hampir mengatakan pada, dan memberitahu, Anda, suasana hati saat
orang itu menulisnya. Tulisan tangan
mengatakan pada Anda banyak hal: tingkat evolusi penulisnya,
sikapnya pada kehidupan, wataknya. Anda tidak perlu membaca surat,
Anda hanya perlu melihat
tulisan tangannya; karena garis dan lengkungan
akan menunjukkan apakah ia harmonis atau tidak –hanya jika Anda bisa melihatnva.
Dalam setiap makhluk hidup , Anda bisa melihat hal ini, dan bila Anda melihat dengan pandangan terbuka
tentang sifat berbagai hal, Anda akan membaca, bahkan pohon
sekalipun –pohon yang melahirkan buah
atau bunga yang diekspresikan oleh musik.
Anda bisa
melihat dari sikap seseorang apakah ia
terbukti sebagai teman Anda, atau akan berakhir
sebagai musuh Anda. Anda
tidak perlu
menunggu
sampai akhir, Anda bisa melihat pada pandangan pertama apakah ia cenderung
ramah atau sebaliknya,
karena setiap orang adalah musik, musik abadi, terus
menerus mengalun siang dan malam.
Kemampuan naluriah Anda bisa
mendengarkan musik itu, dan itulah alasannya
mengapa seseorang begitu Anda sukai sementara
yang lain justru sebaliknya,
Anda tidak menyukainya: ia mengekspresikan
musiknya. Segenap wataknva dipenuhi dengan musik.
Ada sebuah kisah tentang
Umar, khalifah ternama dari Arab.
Seseorang yang ingin mencelakai Umar sedang
mencarinya, dan Ia mendengar bahwa Umar tidak tinggal di istana walaupun
ia adalah raja, namun justru
menghabiskan waktunya bersama alam. Orang ini sangat senang dalam
pikirannya, sekarang ia mempunyai kesempatan besar untuk mewujudkan niatnya.
Ketika ia mendekati tempat Umar duduk,
semakin mendekat, semakin berubah
sikapnya, sampai pada akhirnya ia menjatuhkan belati yang terhunus di tangannya, dan berkata, “Aku tidak bisa menyakitimu.
Katakan padaku, apa kekuatan dalam dirimu yang menghalangiku untuk mencapai tujuanku?” Umar menjawab,
“Penyatuan diriku dengan Tuhan.” Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah istilah agamis, tapi apakah makna dari penyatuan diri dengan Tuhan?
Maknanya adalah menjadi selaras dengan Yang Tak Terbatas, harmonis dengan seluruh alam semesta. Dalam bahasa sederhana, Umar adalah wadah musik seluruh
alam.
Daya pikat terbesar
yang dipancarkan oleh kepribadian orangorang suci dari berbagai
zaman adalah kepekaan
mereka terhadap musik, Zat yang Menyeluruh. Hal ini menjadi rahasia tentang bagaimana mereka menjadi teman bag
imusuh-musuh terburuk mereka. Namun ini bukan satu-satunya
kekuatan orang-orang suci itu; ini muncul pada setiap orang
dengan tingkatan yang rendah atau tinggi. Setiap orang menunjukkan
harmoni dan disharmoni menurut seberapa terbukanya ia terhadap musik
alam semesta. Semakin terbuka seseorang pada segala yang indah dan harmonis,
semakin besar kesetiaan hidupnya
pada harmoni universal tersebut, dan
semakin ia menunjukkan sikap
ramah pada setiap orang yang ia jumpai,
wataknva akan menciptakan musik di sekelilingnya.
Perbedaan antara sudut pandang material
dan spiritual adalah,
bahwa sudut pandang material melihat
materi sebagai hal pertama, yang dari situ kecerdasan, keindahan dan semua hal
lainnya berkembang mengikutinya. Dari sudut pandang spiritual, kita melihat
kecerdasan dan keindahan terlebih dahulu,
dan dari itu semua muncul segala yang ada. Dari sudut pandang
spiritual, kita melihat bahwa apa yang dianggap
terakhir oleh seseorang
sama saja dengan yang pertama. Karena itu dalam esensi
Zat yang Menyeluruh ini –sebagai dasarnya— terdapat
musik, karena orang bisa melihat,
bahwa dalam intisari biji bunga mawar
terdapat bunga mawar itu sendiri, harumnya, bentuknya,
keindahannya. Walaupun dalam biji
itu ia tidak berujud, pada saat yang sama ia ada dalam intisari. Orang yang menjaga ketaatan dirinya sendiri bukan saja kepada keadaan lahiriah, namun juga keadaan
batiniah dan pada intisari dari
segala sesuatu, akan memahami intisari dari Zat yang Menyeluruh, dan karena itu ia bisa menemukan dan menikrnati wangi dan
bunganya yang ia lihat pada bunga mawar,
dan, pada tingkatan
yang sama, juga di dalam bijinya.
Kesalahan besar abad
sekarang, aktivitas sudah demikian
meningkat. Sehingga, hanya tersisa sedikit
saja ruang dalam kehidupan
sehari-hari manusia untuk beristirahat.
Istirahat adalah rahasia dari segala kontemplasi dan meditasi, rahasia untuk tetap
selaras dengan aspek kehidupan itu, yang merupakan intisari dari segala sesuatu. Ketika
seseorang tidak
terbiasa untuk beristirahat, ia tidak tahu ada apa di balik dirinya,
Kondisi ini dialami, pertama-tama, dengan
menyiapkan raga,
dan juga pikiran, dengan sarana
pemurnian diri. Dan dengan
menalar secara lebih halus, orang mampu
menyelaraskan jiwanya dengan Zat yang
Menyeluruh.
Ini tampak rumit,
namun sebenarnya amat sederhana. Ketika seseorang terbuka pada teman seiringnya dalam kehidupan ini, ia
akan mengetahui begitu banyak hal tentang
dia, lnilah pintu hati, inilah
ke-satu-an dengan
seorang ternan; kita mengetahui kelemahan
dan kelebihannya. Kita tahu bagaimana
cara mengalami dan menikmati persahabatan. Ketika
terdapat kebencian, prasangka dan kepahitan, maka hilanglah pengertian. Semakin dalam pengertian seseorang, semakin banyak teman yang ia miliki. Perasaan kecil, sempit,
kurang memiliki perkembangan spiritual, itu semua
meniadikan seseorang terkucil,
jauh dan berbeda dari yang lain. Ketika ia merasa unggul,
lebih hebat dan lebih baik dari orang lain, sikapnya yang ramah tampaknya sudah sirna. Dengan demikian ia menjauhkan diri dari orang lain, dan dari sini terjadilah
tragedi. Orang ini tidak pernah bahagia.
Orang yang bahagia adalah
yang siap berteman dengan siapa saja. Perspektifnya tentang kehidupan adalah keramahan. Ia
tidak hanya ramah pada orang, tapi juga terhadap
benda dan keadaan.
Dengan sikap persahabatan inilah ia meregang dan menghancurleburkan tembok-tembok yang mengurungnya. Dan dengan menghancurkan tembok itu,
ia mengalami penyatuan dengan Kemutlakan. Penyatuan
dengan Kemutlakan ini mewujud dalam musik jagad raya, dan ini ia alami pada segala segi;
keindahan alami, warna bunga-bunga, segala sesuatu yang ia lihat,
setiap orang yang ia temui, Pada waktu-waktu ia merenung dan menyendiri, dan pada saat-saat berada
di tengah-tengah dunia, selalu ada musik, dan ia selalu menikmati harmoni
itu.